Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak melanjutkan kenaikan pada Selasa (17/9) karena pasar mengamati kekhawatiran produksi AS setelah Badai Francine dan ekspektasi stok minyak mentah AS yang lebih rendah.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman November naik 16 sen, atau 0,2% pada US$ 72,91 per barel pada pukul 01.20 GMT. Minyak mentah WTI untuk pengiriman Oktober naik 34 sen, atau 0,5%, pada US$ 70,43 per barel.
Kedua kontrak ditutup lebih tinggi pada sesi sebelumnya karena dampak Badai Francine yang berkelanjutan pada produksi di Teluk Meksiko AS mengimbangi kekhawatiran permintaan China menjelang keputusan pemotongan suku bunga Federal Reserve AS minggu ini. Pemangkasan suku bunga diyakini memberi sentimen positif bagi investor minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Rebound Pada Perdagangan Selasa (17/9) Pagi
Lebih dari 12% produksi minyak mentah dan 16% produksi gas alam di Teluk Meksiko AS sedang offline, menurut Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS (BSEE) pada hari Senin.
Pasar terus mencermati keputusan Federal Reserve AS yang akan datang terkait pemotongan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman dan berpotensi meningkatkan permintaan minyak dengan mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Tumbuhnya ekspektasi akan pemotongan suku bunga yang agresif mendorong sentimen di seluruh kompleks komoditas," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Ia menambahkan bahwa gangguan pasokan yang sedang berlangsung juga mendukung pasar minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Hampir 2% Senin (16/9), Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Investor juga mengamati penurunan yang diharapkan dalam persediaan minyak mentah AS, yang kemungkinan turun sekitar 200.000 barel dalam seminggu hingga 13 September, berdasarkan jajak pendapat Reuters.
Namun, pertumbuhan permintaan yang lebih rendah dari perkiraan di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, telah membatasi kenaikan harga.
Data pemerintah menunjukkan, produksi kilang minyak China turun selama lima bulan pada bulan Agustus di tengah menurunnya permintaan bahan bakar dan lemahnya margin ekspor.