Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia bergerak naik tipis pada Jumat (7/11/2025) setelah tiga hari berturut-turut melemah, namun masih menuju penurunan mingguan kedua akibat kekhawatiran kelebihan pasokan dan pelemahan permintaan di Amerika Serikat (AS).
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 0,33% menjadi US$63,59 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 0,37% ke US$59,65 per barel pada pukul 01.49 GMT. Kedua acuan tersebut diperkirakan turun sekitar 2% sepanjang pekan ini.
Penurunan harga dipicu oleh lonjakan tak terduga sebesar 5,2 juta barel pada stok minyak mentah AS, yang memicu kekhawatiran kelebihan pasokan.
Baca Juga: Maskapai AS Batalkan 1.800 Penerbangan Harian, Dampak Penutupan Pemerintah
“Kondisi ini diperparah oleh penguatan dolar dan ketidakpastian akibat penutupan pemerintahan AS yang terpanjang dalam sejarah,” ujar analis IG Markets, Tony Sycamore.
Data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak AS naik lebih tinggi dari perkiraan akibat meningkatnya impor dan menurunnya aktivitas kilang. Sementara itu, stok bensin dan distilat justru menurun.
Kekhawatiran terhadap dampak penutupan pemerintahan AS terhadap ekonomi juga menekan harga.
Pemerintahan Trump baru-baru ini memangkas jadwal penerbangan karena kekurangan pengatur lalu lintas udara, sementara data tenaga kerja menunjukkan pelemahan pasar kerja pada Oktober.
Baca Juga: Pemerintahan Trump Umumkan Penjualan 37 Pesawat Boeing ke Negara-Negara Asia Tengah
Sycamore memperkirakan harga WTI akan bergerak dalam kisaran US$58–62 per barel dalam waktu dekat.
“Katalis positif mungkin muncul jika pemerintahan AS dibuka kembali dalam sepekan, namun kelebihan pasokan akan membatasi potensi kenaikan,” ujarnya.
Dari sisi suplai global, OPEC+ pada Minggu lalu memutuskan menambah produksi secara terbatas pada Desember, namun menahan kenaikan lebih lanjut hingga kuartal pertama 2026 untuk menghindari surplus pasokan.
Sebagai respons terhadap pasar yang sudah kelebihan pasokan, Arab Saudi memangkas harga jual resmi minyaknya untuk pembeli Asia pada Desember.
Sementara itu, sanksi terhadap Rusia dan Iran masih mengganggu pasokan ke China dan India, dua importir minyak terbesar dunia.
Baca Juga: Putusan Kontroversial: Boeing Bebas dari Kasus Kecelakaan 737 MAX
Tambahan tekanan muncul setelah perusahaan dagang komoditas asal Swiss, Gunvor, menarik rencananya membeli aset luar negeri Lukoil setelah Departemen Keuangan AS menuding perusahaan Rusia itu sebagai “boneka” Kremlin dan menolak kesepakatan tersebut.













