Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah berjangka melemah pada awal perdagangan hari ini (24/10/2025) dan memangkas sebagian lonjakan pada hari sebelumnya. Namun, harga minyak tetap berada di jalur kenaikan mingguan, karena sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terkait perang di Ukraina memicu kekhawatiran pasokan.
Jumat (24/10/2025) pukul 08.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2025 turun 17 sen atau 0,3% menjadi US$ 65,82 per barel.
Sejalan, Harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2025 melemah 17 sen atau 0,3% ke US$ 61,62 per barel.
Kedua acuan harga minyak melonjak lebih dari 5% pada hari Kamis (23/10/2025) dan diperkirakan akan mencatat kenaikan mingguan sekitar 7%, terbesar sejak pertengahan Juni.
Presiden Rusia Vladimir Putin tetap bersikap tegas pada hari Kamis setelah Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi kepada Rosneft dan Lukoil Rusia untuk menekan pemimpin Kremlin tersebut agar mengakhiri perang di Ukraina.
Rosneft dan Lukoil bersama-sama menyumbang lebih dari 5% produksi minyak global. Sanksi AS tersebut mendorong perusahaan-perusahaan minyak besar milik negara China untuk menangguhkan pembelian minyak Rusia dalam jangka pendek, menurut sumber-sumber perdagangan kepada Reuters.
Kilang-kilang minyak di India, pembeli terbesar minyak Rusia yang diangkut melalui laut, akan memangkas impor minyak mentah mereka secara drastis, menurut sumber-sumber industri.
"Pembelian yang didorong oleh kekhawatiran akan ketatnya pasokan atas sanksi AS terhadap Rusia telah mereda," kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.
"Dengan OPEC yang memiliki kapasitas cadangan, reli sepihak sepertinya tidak mungkin terjadi," ujarnya, memprediksi bahwa WTI diperkirakan akan diperdagangkan dalam kisaran $5 di atas atau di bawah $65. Menteri Perminyakan Kuwait mengatakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan siap untuk mengimbangi kekurangan pasokan di pasar dengan mengurangi pemangkasan produksi.
AS menyatakan siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut, sementara Putin mencemooh sanksi tersebut sebagai tindakan yang tidak bersahabat, dengan mengatakan sanksi tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Rusia dan menekankan pentingnya Rusia bagi pasar global.
Negara-negara Uni Eropa juga menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Moskow yang mencakup larangan impor gas alam cair Rusia, sementara Inggris menjatuhkan sanksi kepada Rosneft dan Lukoil pekan lalu.
Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada tahun 2024 setelah AS, menurut data energi AS. Investor juga berfokus pada rencana pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pekan depan.
Ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing telah meningkat, ditandai dengan tindakan balasan yang diumumkan oleh kedua belah pihak. Konfirmasi bahwa kedua pemimpin akan bertemu pekan depan tampaknya meredakan ketegangan tersebut.













