kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hari ini dalam sejarah: Angkatan Laut AS menangkap pembajak kapal pesiar Italia


Sabtu, 10 Oktober 2020 / 13:00 WIB
Hari ini dalam sejarah: Angkatan Laut AS menangkap pembajak kapal pesiar Italia


Sumber: History | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - SISILIA. Pada Oktober 1985, insiden pembajakan kapal pesiar Italia menghebohkan dunia internasional. Berkat bantuan Angkatan Laut AS, para teroris pembajak mampu ditangkap.

Pembajakan kapal pesiar Italia Achille Lauro mencapai klimaks ketika pesawat tempur F-14 Angkatan Laut AS mencegat sebuah pesawat Mesir yang mencoba menerbangkan para pembajak asal Palestina untuk kabur.

History.com mencatat, pesawat F-14 milik Angkatan AS akhirnya memaksa pesawat yang dikendari teroris untuk mendarat di pangkalan NATO yang ada di Sigonella, Sisilia, Italia.

Begitu mendarat, gabungan pasukan militer AS dan Italia langsung mengepungnya. Para teroris kemudian ditahan di Italia.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Uni Soviet luncurkan satelit buatan pertama di dunia

Kronologi pembajakan

Pada 7 Oktober 1985, sejumlah teroris asal Palestina, lengkap dengan persenjataan berat, membajak kapal pesiar Achille Lauro di Laut Mediterania di lepas pantai Alexandria, Mesir.

Kapal pesiar tersebut membawa sekitar 320 awak kapal dan 80 penumpang. Beruntung, ratusan penumpang lainnya telah turun dari kapal tersebut di hari yang sama untuk mengunjungi sejumlah objek wisata di Mesir.

Melansir History.com, para teroris yang membajak kapal mengidentifikasikan diri sebagai anggota Front Pembebasan Palestina. Mereka menuntut pembebasan 50 militan Palestina yang dipenjara di Israel.

Para teroris mengancam akan meledakkan kapal dan membunuh 11 orang Amerika di dalamnya jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Keesokan paginya, mereka juga mengancam akan membunuh para penumpang yang berasal dari Inggris.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Mao Zedong proklamasikan berdirinya Republik Rakyat China

Achille Lauro melakukan perjalanan ke pelabuhan Suriah di Tartus, di mana para teroris menuntut negosiasi pada 8 Oktober. Suriah menolak mengizinkan kapal itu berlabuh di perairannya, yang memicu lebih banyak ancaman dari para pembajak.

Pada 8 Oktober, para teroris menembak dan membunuh Leon Klinghoffer, seorang Yahudi-Amerika berusia 69 tahun yang mengalami stroke.

Tanggal 9 Oktober, para pembajak menyerah kepada otoritas Mesir dan membebaskan para sandera dengan imbalan janji perjalanan yang aman ke tujuan yang dirahasiakan.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Kapal selam nuklir pertama USS Nautilus mulai bertugas

Proses penangkapan teroris pembajak kapal pesiar

Puncaknya, pada 10 Oktober, keempat pembajak menaiki pesawat Boeing 737 EgyptAir, bersama dengan Mohammed Abbas, anggota Front Pembebasan Palestina yang berpartisipasi dalam negosiasi. Pesawat tersebut lepas landas dari Kairo menuju Tunisia.

Presiden AS Ronald Reagan memberikan perintah terakhirnya untuk menyetujui rencana mencegat pesawat. Pada 10 Oktober sore hari, pesawat tempur F-14 Tomcat mencegat pesawat, 80 mil Selatan Kreta.

Pesawat F-14 berhasil mengikuti pesawat yang dinaiki para teroris. Pada akhirnya mereka berhasil memaksa para teroris untuk mendarat di pangkalan udara NATO di Sisilia, dan pilot mematuhinya, mendarat pada pukul 18:45. Para pembajak ditangkap segera setelah itu.

Baca Juga: Sejarah pendirian PBB, fungsi dan struktur organisasinya

Proses pengadilan

Proses pengadilan untuk para pembajak terus berlanjut hingga tahun 1986. Pada 10 Juli 1986, pengadilan Italia menghukum tiga teroris dengan hukuman penjara mulai dari 15 hingga 30 tahun.

Tiga orang lainnya, termasuk Mohammed Abbas, dihukum in absentia karena mendalangi pembajakan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Satu orang pembajak lagi adalah anak di bawah umur yang diadili dan dihukum secara terpisah.

Abbas yang menjadi dalang menerima hukuman lebih berat karena menganggap pembajakan sebagai tindakan politik egois yang dirancang untuk melemahkan kepemimpinan Yasir Arafat.

Yasir Arafat dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengutuk pembajakan tersebut. Pihaknya bergabung dengan pihak berwenang Mesir dalam upaya untuk menyelesaikan krisis tersebut.

Selanjutnya: Hari ini dalam sejarah: Uji coba ledakan nuklir bawah tanah pertama kali dilakukan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×