Sumber: History | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau rudal balistik antarbenua, sejak puluhan tahun yang lalu sudah menjadi salah satu senjata militer yang paling ditakuti.
Sesuai namanya, rudal balistik jenis ini mampu ditembakkan ke bagian manapun di dunia. Dengan jarak yang nyaris tidak terbatas, kini setiap negara berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan senjata ini.
Rudal balistik antarbenua memiliki sejarah panjang sejak masa Perang Dunia II. Dua kekuatan utama dunia, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet, jadi pemain penting dalam perlombaan senjata di bidang ini.
Melansir History.com, pada tanggal 26 Agustus 1957, Uni Soviet, kini Rusia, mengumumkan telah berhasil melakukan uji coba rudal balistik antarbenua. Mereka menyebut rudal ini bisa ditembakkan ke bagian manapun di dunia.
Baca Juga: Mengenal B-29 Superfortress, pesawat bomber yang meratakan Nagasaki 75 tahun lalu
Pengumuman ini membuat Amerika Serikat cukup "panas", dan memulai perdebatan mengenai perbandingan kekuatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Selama bertahun-tahun setelah Perang Dunia II, baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet telah berusaha menyempurnakan teknologi rudal jarak jauh yang bahkan mampu membawa hulu ledak nuklir.
Upaya ini tidak lepas dari keberhasilan Jerman dalam mengembangkan roket V-1 dan V-2 yang menghantam Inggris Raya pada Perang Dunia II.
Dengan informasi yang sudah didapat, para peneliti Amerika maupun Soviet berusaha meningkatkan jangkauan serta akurasi dari roket jarak jauh tersebut.
Amerika Serikat lakukan uji coba lebih dulu
Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: China menyatakan perang terhadap Jerman