Sumber: AFP,Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Dalam prosesnya, orang yang dites dengan Breathalyser akan diminta untuk menarik napas melalui hidung, menahannya, menutup satu lubang hidung, dan membuang napas dari salah satu lubang hidung.
Napas yang keluar akan ditampung dalam kantong khusus yang telah disiapkan, yang disebut dengan AirTrap. Udara yang ditampung itu kemudian disalurkan ke sebuah alat pendeteksi bernama Scent Reader untuk kemudian dianalisis.
Dalam hitungan detik, alat akan menunjukkan pesan "COVID-19 negative" atau sebaliknya melalui perangkan telepon genggam yang sudah terhubung.
Selain bisa bekerja dengan lebih cepat, NanoScent meyakinkan, Breathalyser yang mereka kembangkan juga lebih murah. Sehingga, bisa lebih mudah didistribusikan secara luas.
Baca Juga: WHO akhirnya mengakui klaim bahwa virus corona bisa menyebar lewat udara