Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Dalam sebuah jajak pendapat yang diselenggarakan Reuters, sebagian besar ekonom di Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa Bank Sentral AS, The Fed, akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga acuan.
Namun hal itu terjadi setelah The Fed diprediksi menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dalam dua kali pertemuan ke depan. Tahun lalu, suku bunga acuan The Fed telah naik 425 bps.
Setidaknya, setelah kenaikan sebesar 50 bps pada kuartal I 2023, para ekonom memproyeksikan bunga acuan The Fed akan stabil untuk sisa tahun ini. Optimisme ini berlandaskan pada inflasi yang terus menurun.
Dari survei tersebut, sebanyak 68 dari 83 ekonom memperkirakan The Fed akan melonggarkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan 31 Januari-1 Februari 2023. Jika direalisasikan, maka suku bunga The Fed akan bertengger ke kisaran 4,50% - 4,75%.
Baca Juga: BI Merevisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun 2023 Jadi 2,3%, Ini Sebabnya
Sedangkan 15 ekonom sisanya memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps . Tingkat bunga The Fed diperkirakan mencapai puncaknya pada 4,75% - 5,00% pada bulan Maret, menurut 61 dari 90 ekonom.
Itu sesuai dengan suku bunga deposito, tetapi 25 basis poin lebih rendah dari titik median untuk tahun 2023 dalam proyeksi "dot plot" yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan Fed pada akhir pertemuan 13-14 Desember.
"Tekanan inflasi di AS tampak mereda, namun di lingkungan pasar pekerjaan yang kuat, Federal Reserve akan berhati-hati untuk menyebut suku bunga tertinggi," kata James Knightley, kepala ekonom internasional di ING.
Sementara itu, inflasi di AS diperkirakan turun dalam, tetapi tetap di atas target The Fed yakni 2% untuk tahun-tahun mendatang. Karena itu, peluang penurunan suku bunga The Fed dalam waktu dekat relatif kecil.
Baca Juga: Ekonomi Global Menunjukkan Tanda-Tanda Menuju Perbaikan
Lebih dari 60% responden, atau sebanyak 55 dari 89 responden mengatakan The Fed cenderung mempertahankan suku bunga stabil setidaknya untuk sisa tahun ini daripada memangkasnya. Pandangan itu sejalan dengan proyeksi survei median untuk pemotongan pertama pada awal 2024.
Namun, sebanyak 34 ekonom mengatakan penurunan suku bunga tahun ini lebih mungkin terjadi, dengan 16 mengutip penurunan inflasi sebagai alasan terbesar. Dua belas ekonom mengatakan penurunan ekonomi yang lebih dalam dan empat ekonom mengatakan peningkatan tajam pengangguran.
"The Fed memprioritaskan inflasi daripada angka tenaga kerja, oleh karena itu hanya penurunan tajam inflasi inti yang dapat meyakinkan FOMC menurunkan suku bunga tahun ini," kata Philip Marey, ahli strategi senior AS di Rabobank.
Ia melanjutkan, puncak inflasi sudah berlalu dan ia tidak berpikir inflasi akan mendekati 2% sebelum akhir tahun. Sementara itu, The Fed lebih cenderung membantu mendorong ekonomi ke dalam resesi daripada tidak.
Jajak pendapat menunjukkan kemungkinan terjadi resesi di AS hampir 60% dalam dua tahun ke depan. Sementara itu turun dari jajak pendapat sebelumnya, beberapa kontributor tidak menetapkan probabilitas resesi untuk perkiraan mereka berdasarkan kondisi ekonomi yang merosot saat ini.
Baca Juga: Data Ekonomi Terbaru Turunkan Potensi Resesi Global 2023
Meskipun proyeksi ini terbilang pendek dan dangkal seperti yang diperkirakan dalam beberapa survei Reuters sebelumnya. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh hanya 0,5% tahun ini sebelum rebound ke pertumbuhan 1,3% pada 2024, masih di bawah rata-rata jangka panjangnya sekitar 2%.
Dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, terutama di perusahaan keuangan dan teknologi, tingkat pengangguran diperkirakan akan meningkat menjadi rata-rata 4,3% tahun depan, dari 3,5% saat ini.
Kemudian tingkat pengangguran naik lagi menjadi 4,8% tahun depan. Meskipun secara historis masih rendah dibandingkan dengan resesi sebelumnya, prakiraannya sekitar 1 poin persentase lebih tinggi dari tahun lalu.