Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Jika produsen mobil mengimpor suku cadang yang digunakan dalam kendaraannya, misalnya, maka tarif atas barang tersebut akan menambah biaya produksi dan harga akhir yang dibayarkan konsumen.
Peningkatan harga impor yang dibuat-buat secara teoritis juga dapat menyebabkan persaingan domestik yang lebih lemah, dan industri lokal yang kurang efisien dan inovatif.
Tarif sering kali dapat berubah menjadi siklus pembalasan, atau bahkan perang dagang besar-besaran, yang merupakan ciri lain dari masa jabatan pertama Donald Trump di Gedung Putih.
Sering kali ada pertimbangan lain, seperti geopolitik. Misalnya, tarif pada masa jabatan pertama Trump seolah-olah untuk menghukum Tiongkok atas apa yang disebut AS sebagai pencurian kekayaan intelektual dan praktik perdagangan yang tidak adil.
Tarif juga bertujuan untuk membatasi pesaing yang kuat dan menyeimbangkan kembali defisit perdagangan yang tidak seimbang. Namun, menurut Biro Riset Ekonomi Nasional, tarif gagal meningkatkan lapangan kerja AS di industri yang dilindungi dan merugikan lapangan kerja di sektor lain.
Baca Juga: China Kecam AS Terkait 2 Alasan Ini, Bersumpah Bakal Membalas
Negara pengekspor yang menjadi sasaran tarif dapat merugi jika pembeli menghindar dari harga yang lebih tinggi yang diakibatkannya.
Para ekonom mengatakan sebanyak satu poin persentase penuh dapat dipotong dari pertumbuhan PDB Tiongkok, tergantung pada besarnya tarif AS.
Namun, hal itu dapat dikurangi jika Tiongkok dapat menjual produknya di tempat lain, atau seperti yang telah dilakukan Tiongkok, mulai memindahkan sebagian rantai pasokannya ke luar negeri.
Tonton: Donald Trump Ancam Tarif 100% ke Kelompok BRICS, Ini Alasannya