Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pemerintah Hong Kong menegaskan, tentara dan polisi China bukan bagian dari operasi Kepolisian Hong Kong selama menghadapi aksi protes yang kerap kali berakhir dengan bentrok.
Pernyataan Pemerintah Hong Kong ini menanggapi rumor yang beredar di dunia maya yang menyebutkan, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan polisi China terlibat dalam upaya untuk memadamkan unjuk rasa pro-demokrasi.
"Menanggapi rumor di internet yang mengatakan, ada anggota Tentara Pembebasan Rakyat atau lembaga penegak hukum China yang bergabung dengan operasi penegakan hukum dari Kepolisian Hong Kong, Pemerintah Daerah Administrasi Khusus Hong Kong hari ini dengan tegas mengklarifikasi, bahwa rumor itu palsu dan tidak berdasar," kata Pemerintah Hong Kong dalam pernyataan tertulis, Kamis (10/10), seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Waduh, ekonomi Hong Kong terancam resesi
PLA memiliki garnisun di Hong Kong tapi pasukan ini tetap berada di barak sejak protes bergulir empat bulan lalu. Meski begitu, pejabat tinggi PLA telah memperingatkan, kekerasan di Hong Kong sama sekali tidak dibolehkan.
Pada Minggu (6/10), tentara China mengeluarkan peringatan kepada para demonstran Hong Kong yang menyorotkan laser ke barak mereka. Ini interaksi langsung pertama antara militer China dan para demonstran.
Garnisun PLA di Distrik Kowloon, Hong Kong, memperingatkan ratusan demonstran tersebut, bahwa mereka bisa ditangkap karena menargetkan pasukannya dan dinding barak dengan tembakan lampu laser.
Seorang anggota PLA dari atap barak mereka berteriak melalui pengeras suara dalam bahasa Kanton, bahasa utama di Hong Kong: "Ini (sorotan laser) bisa membawa konsekuensi atas tindakan Anda".
Baca Juga: Pemimpin Hong Kong: Ekonomi Hong Kong saat ini sangat menderita
Pada Agustus lalu, Beijing memindahkan ribuan tentara melintasi perbatasan menuju Hong Kong dalam sebuah operasi yang oleh kantor berita Xinhua digambarkan pada saat itu sebagai "rotasi" rutin.