Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden China Xi Jinping mendorong peningkatan investasi timbal balik dan memperluas kerja sama ekonomi dengan Rusia, meskipun menghadapi kondisi eksternal yang “bergejolak”.
Hal itu disampaikan Xi saat bertemu Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin di Great Hall of the People, Beijing, Selasa (4/11/2025), sebagaimana dilaporkan media pemerintah China.
Baca Juga: FBI Pecat Sejumlah Agen Penyelidik Trump lalu Batalkan Keputusan
Pertemuan tersebut berlangsung sehari setelah Perdana Menteri China Li Qiang menggelar pembicaraan dengan Mishustin di Hangzhou, di mana Li menegaskan komitmen Beijing untuk memperkuat kerja sama strategis dengan Moskow dan membela kepentingan keamanan bersama.
Kunjungan Mishustin ini dianggap penting oleh Kremlin, di tengah tekanan sanksi besar-besaran Barat terhadap Rusia akibat perang di Ukraina, serta upaya Moskow untuk mengatasi perlambatan perdagangan dengan China dalam beberapa bulan terakhir.
“Hubungan China-Rusia terus berkembang ke arah yang lebih tinggi dan berkualitas, tetap stabil meski lingkungan eksternal penuh turbulensi,” ujar Xi Jinping, dikutip dari CCTV.
“Menjaga dan mengembangkan hubungan kedua negara merupakan pilihan strategis bagi kedua pihak,” tambahnya.
Baca Juga: Emas Dunia Turun di Bawah US$4.000, Dolar AS Perkasa dan Ekspektasi The Fed Melemah
Xi menyoroti sejumlah sektor potensial yang bisa menjadi motor pertumbuhan baru, seperti energi, pertanian, kedirgantaraan, ekonomi digital, dan pembangunan hijau.
Sementara itu, Mishustin menegaskan pentingnya menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan investasi dan proyek bersama antara kedua negara, menurut laporan kantor berita Rusia TASS.
Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah menandatangani kemitraan “tanpa batas” (no-limits partnership) pada Februari 2022, hanya beberapa hari sebelum Rusia mengirim pasukan ke Ukraina.
Sejak saat itu, Moskow semakin bergantung pada Beijing untuk mengurangi dampak sanksi, melalui peningkatan perdagangan bilateral, penggunaan yuan dalam transaksi internasional, dan kerja sama energi yang semakin dalam.
Namun, data terbaru menunjukkan penurunan volume perdagangan bilateral dalam beberapa bulan terakhir, seiring meningkatnya tekanan Amerika Serikat terhadap China di bidang perdagangan dan teknologi.
Baca Juga: Xi Jinping Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan dengan Rusia di Tengah Tekanan Global
Bulan lalu, Reuters melaporkan bahwa sejumlah perusahaan minyak negara China menangguhkan pembelian minyak Rusia melalui jalur laut, setelah Washington menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, dua produsen minyak terbesar Rusia.
Dalam komunike bersama yang dirilis di situs resmi pemerintah Rusia pada Selasa, kedua negara sepakat untuk “memperkuat kerja sama di semua bidang dan merespons tantangan eksternal secara tepat”.
Rusia juga menegaskan kembali dukungannya terhadap prinsip “Satu China” dan menentang upaya kemerdekaan Taiwan.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut dan menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 










