kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Xi Jinping Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan dengan Rusia di Tengah Tekanan Global


Selasa, 04 November 2025 / 14:09 WIB
Xi Jinping Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan dengan Rusia di Tengah Tekanan Global
ILUSTRASI. Presiden China Xi Jinping menegaskan keinginannya untuk memperluas investasi timbal balik dengan Rusia dan memperdalam kemitraan strategis. Sputnik/Pavel Byrkin/Kremlin via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden China Xi Jinping menegaskan keinginannya untuk memperluas investasi timbal balik dengan Rusia dan memperdalam kemitraan strategis kedua negara, meski menghadapi kondisi eksternal yang disebutnya “bergejolak”.

Pernyataan itu disampaikan Xi saat bertemu dengan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin di Great Hall of the People, Beijing, pada Selasa (22/10), menurut laporan media resmi China.

Pertemuan tersebut berlangsung sehari setelah Perdana Menteri China Li Qiang juga melakukan pembicaraan dengan Mishustin di Hangzhou, di mana Li menekankan pentingnya memperkuat kerja sama dan mempertahankan kepentingan keamanan bersama.

Xi: “Hubungan China–Rusia Tetap Stabil dan Berkembang”

Dalam pertemuan itu, Xi menyampaikan bahwa hubungan kedua negara telah “terus berkembang menuju tingkat yang lebih tinggi dan berkualitas lebih baik,” meskipun dunia tengah menghadapi tantangan geopolitik yang kompleks.

Baca Juga: China Pastikan Keamanan KTT APEC 2026, Tapi Ingatkan Taiwan Soal Prinsip Satu China

“Menjaga, memperkuat, dan mengembangkan hubungan China–Rusia merupakan pilihan strategis bagi kedua pihak,” ujar Xi, seperti dikutip oleh stasiun televisi nasional CCTV.

Xi menyoroti sejumlah sektor yang dapat menjadi motor pertumbuhan baru kerja sama bilateral, antara lain energi, pertanian, industri dirgantara, ekonomi digital, dan pembangunan hijau.

Sementara itu, Mishustin menekankan pentingnya menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi investasi bersama serta mendukung proyek-proyek kolaboratif yang tengah berjalan, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita TASS.

Rusia Cari Dukungan Ekonomi dari China

Kunjungan Mishustin ke China kali ini dianggap bermakna strategis oleh Kremlin, di tengah tekanan berat dari sanksi Barat akibat perang Rusia di Ukraina.

Pemerintah Rusia berharap dapat memperkuat hubungan dagang dan investasi dengan China untuk menahan perlambatan ekonomi dan mempertahankan arus perdagangan.

Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menandatangani kemitraan “tanpa batas” (no-limits partnership) pada Februari 2022, hanya beberapa hari sebelum Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.

Sejak itu, Rusia semakin mengandalkan China untuk mengurangi dampak sanksi internasional, dengan menonjolkan rekor perdagangan bilateral, peningkatan transaksi menggunakan yuan, dan kerja sama energi yang lebih erat.

Namun, volume perdagangan antara kedua negara menurun dalam beberapa bulan terakhir, seiring meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat terhadap hubungan dagang dan teknologi China.

Baca Juga: Kalah Bersaing, Starbucks Bakal Jual Kendali Bisnisnya di China Senilai US$ 4 Miliar

Menurut laporan Reuters bulan lalu, perusahaan minyak nasional China menghentikan pembelian minyak Rusia yang dikirim melalui laut setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa energi Rusia, Rosneft dan Lukoil.

Komitmen Bersama dan Sikap atas Taiwan

Dalam komunike bersama yang diterbitkan di situs resmi pemerintah Rusia pada Selasa, kedua negara sepakat untuk “memperkuat kerja sama di semua bidang dan merespons tantangan eksternal secara tepat.”

Rusia juga menegaskan kembali dukungannya terhadap “prinsip satu China” dan menolak segala bentuk “kemerdekaan Taiwan.”

China menganggap Taiwan—yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri—sebagai bagian dari wilayahnya. Namun, pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut, menegaskan bahwa masa depan pulau itu hanya dapat ditentukan oleh rakyat Taiwan sendiri.

Selanjutnya: Ekonom Bank Mandiri Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,05% pada Kuartal III-2025

Menarik Dibaca: Oppo Find X9 Ultra Pakai Baterai Sel Ganda yang Lebih Besar dari Find X8 Ultra




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×