kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.167   24,52   0,34%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 815   2,85   0,35%
  • ISSI 224   0,76   0,34%
  • IDX30 426   1,90   0,45%
  • IDXHIDIV20 505   1,29   0,26%
  • IDX80 118   0,58   0,49%
  • IDXV30 120   0,61   0,51%
  • IDXQ30 139   0,24   0,17%

IMF: Empat tantangan ekonomi negara Asia


Senin, 28 April 2014 / 12:56 WIB
IMF: Empat tantangan ekonomi negara Asia
ILUSTRASI. Inflasi akibat kenaikan harga beras mulai memberi andil pada inflasi umum. KONTAN/Fransiskus Simbolon/


Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia

BEIJING. International Monetary Fund (IMF) mengatakan, negara-negara di Asia harus membuat perubahan struktural untuk tetap memimpin pertumbuhan ekonomi global, serta beradaptasi dengan aksi pengurangan stimulus di Amerika Serikat (AS).

Dana Moneter Internasional meramal, negara Asia akan berhadapan dengan potensi kenaikan bunga dan fluktuasi dana asing. Pengurangan dan penghentian stimulus AS akan menyebabkan penarikan dana kembali ke AS, sehingga terjadi pengetatan likuiditas di negara-negara Asia yang selama ini menjadi tujuan investasi dollar.

Pengetatan likuiditas hanya satu dari tantangan yang dihadapi negara Asia. Memurut IMF, ada tiga tantangan besar lainnya yaitu pelambatan ekonomi China yang lebih tajam dibanding perkiraan sebelumnya, memudarnya kemanjuran kebijakan ekonomi Jepang, serta perselisihan politik dan geopolitik yang mengganggu perdagangan.

"Reformasi tak hanya dibutuhkan dalam jangka menengah, tapi juga, di beberapa kasus, untuk menjaga kepercayaan diri investor dan stabilitas finansial di jangka pendek," kata IMF, dalam Regional Economic Outlook for Asia and Pacific, hari ini.

IMF meramal, pertumbuhan ekonomi China bisa mencapai 7,5% di tahun ini dan 7,3% tahun depan. Sedangkan Jepang akan bertumbuh 1,4% tahun ini dan 1% di tahun 2015.

Menurut IMF, ekonomi Asia akan berkespansi dua kali lebih cepat dibanding negara maju. Sementara China dan India berpeluang tumbuh tiga kali lebih cepat. India dan Indonesia dianggap sebagai negara yang lebih tahan banting, melihat perekonomian Januari yang positif sementara bank sentral AS Federal Reserve mulai melakukan pemangkasan stimulus. 




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×