Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk kawasan Asia. Pasalnya, gelombang baru infeksi COVID-19, gangguan rantai pasokan, dan tekanan inflasi menimbulkan risiko penurunan pada prospek.
Sementara ekonomi China diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,0% tahun ini dan 5,6% pada 2022, tetapi pemulihan tetap tidak seimbang karena wabah virus corona yang berulang dan pengetatan fiskal membebani konsumsi.
"Setiap normalisasi kebijakan yang tidak tepat waktu atau komunikasi kebijakan yang disalahartikan oleh Federal Reserve AS juga dapat memicu arus keluar modal yang signifikan dan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk negara-negara berkembang Asia," kata IMF seperti dikutip Reuters, Rabu (20/10).
Dalam laporan prospek regionalnya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk Asia menjadi 6,5%, turun 1,1 poin persentase dari proyeksi yang dibuat pada bulan April, karena lonjakan kasus varian Delta memukul konsumsi dan output pabrik.
IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan Asia untuk 2022 menjadi 5,7% dari perkiraan 5,3% pada bulan April, yang mencerminkan kemajuan dalam vaksinasi. Meskipun Asia dan Pasifik tetap menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, perbedaan antara ekonomi maju Asia dan pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang semakin dalam.
Baca Juga: Beijing Siapkan Intervensi, Harga Batubara Kokas di China Makin Tenggelam
Ekonomi China mencapai laju pertumbuhan paling lambat dalam satu tahun pada kuartal ketiga, menyoroti tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan saat mereka berusaha menopang pemulihan yang goyah sambil mengekang sektor real estat. Baca selengkapnya
IMF memperkirakan ekonomi India akan tumbuh 9,5% tahun ini, sementara ekonomi maju seperti Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Taiwan mendapat manfaat dari ledakan teknologi tinggi dan komoditas
Tetapi negara-negara ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand masih menghadapi tantangan berat dari virus yang bangkit kembali dan kelemahan dalam konsumsi layanan. "Selama beberapa bulan mendatang, gelombang infeksi baru tetap menjadi perhatian terbesar," kata IMF.
Sementara ekspektasi inflasi secara umum berlabuh dengan baik di Asia, harga komoditas dan biaya pengiriman yang lebih tinggi, ditambah dengan gangguan yang berkelanjutan pada rantai nilai global, memperkuat kekhawatiran atas inflasi yang terus-menerus.
IMF mengatakan, sebagian besar negara berkembang Asia harus mempertahankan dukungan moneter untuk memastikan pemulihan yang langgeng. Lembaga ini meminta bank sentral harus siap untuk bertindak cepat jika pemulihan menguat lebih cepat dari yang diharapkan atau jika ekspektasi inflasi naik.