Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Kamis (10/3) mengatakan, perang Ukraina bisa menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang akan IMF umumkan bulan depan.
Pada Januari lalu, IMF telah telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk AS, China, dan ekonomi global setelah melihat risiko yang terkait dengan pandemi Covid-19. IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5%.
Saat itu, IMF juga melihat ada dampak dari peningkatan inflasi, gangguan pasokan, dan pengetatan moneter AS.
Sanksi besar-besaran yang dijatuhkan pada Rusia atas invasinya ke Ukraina telah menyebabkan kontraksi mendadak pada ekonomi Rusia. Dilansir dari Reuters, Georgieva memprediksikan, Rusia akan menghadapi resesi yang dalam tahun ini.
IMF dijadwalkan untuk merilis outlook ekonomi dunia yang baru pada pertengahan April mendatang.
Baca Juga: Segera Mengalir, IMF Setujui Bantuan US$ 1,4 miliar untuk Ukraina
Dalam kesempatan terpisah, kepada CNBC Georgieva mengatakan, IMF masih mengharapkan ada tren positif pada ekonomi dunia. Meskipun demikian, IMF juga meyakini durasi perang akan memainkan peran penting dalam menentukan pertumbuhan dan masa depan kerjasama multilateral.
Untuk mengurangi dampak ekonomi invasi Rusia di Ukraina, Dewan IMF pada Rabu (9/3) menyetujui anggaran US$ 1,4 miliar untuk Ukraina dalam bentuk pembiayaan darurat.
IMF juga sedang mempersiapkan mekanisme pendanaan baru yang memungkinkan pihak lain untuk membantu Ukraina. Untuk saat ini, IMF masih belum menyampaikan perincian lengkapnya.
Berharap pada China
Georgieva mengatakan, China memiliki lebih banyak ruang kebijakan untuk meredam dampak ekonomi invasi Rusia, meskipun akan tetap sulit untuk target pertumbuhan di angka 5,5%.
Baca Juga: Bank Dunia: Kenaikan Harga Minyak Mengancam Pertumbuhan China hingga Indonesia
Georgieva mengharapkan ada tekanan yang berat kepada Rusia agar perang bisa diakhiri. China adalah salah satu negara dengan pengaruh besar yang diharapkan bisa memberikan teguran tegas kepada Rusia.
China saat ini menolak menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai invasi. Sebaliknya, China meminta negara-negara Barat untuk menghormati masalah keamanan sah milik Rusia. China juga menyerukan ada negosiasi untuk mengakhiri masalah tersebut.
Saat ini, sebagian besar negara telah memutuskan perdagangan dengan Rusia. Perusahaan pembayaran seperti Visa dan Mastercard juga telah menangguhkan operasinya di negeri beruang merah.
Sebaliknya, China justru melonggarkan tarif gandum ke Rusia dan mungkin memasok sistem UnionPay-nya.