kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia-Malaysia berharap, negara ASEAN bisa berkumpul membahas kudeta Myanmar


Jumat, 05 Februari 2021 / 14:00 WIB
Indonesia-Malaysia berharap, negara ASEAN bisa berkumpul membahas kudeta Myanmar
ILUSTRASI. Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dalam upacara penyambutan di Istana Kepresidenan Indonesia, Jumat, 5 Februari 2021.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, Jumat (5/1), Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta. Sejumlah isu turut dibahas, termasuk kudeta militer yang terjadi di Myanmar.

Dilansir dari Reuters, kedua pemimpin negara mengungkapkan harapannya agar semua negara ASEAN bisa berkumpul untuk membahas nasib Myanmar pasca kudeta militer awal pekan ini.

Setelah pertemuan ini berlangsung, Presiden Joko Widodo mengatakan, menteri luar negeri kedua negara telah diminta untuk berbicara dengan Brunei, yang saat ini berstatus sebagai ketua ASEAN, untuk mengatur pertemuan khusus soal Myanmar.

Dalam kesempatan tersebut, Muhyiddin menyebut kudeta militer Myanmar sebagai satu langkah mundur dalam proses menuju demokrasi yang telah lama diperjuangakan di Myanmar.

Niat baik kedua negara mungkin agak sulit tercapai mengingat seluruh negara ASEAN memiliki komitmen bersama untuk tidak mencampuri masalah domestik anggotanya.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB mendesak militer Myanmar bebaskan semua tahanan politik

Meskipun demikian, kedua negara dipastikan akan mengambil langkah kongkrit demi menjamin keamanan negara tetangganya tersebut. Termasuk masalah muslim Rohingya yang masih berjuang di Myanmar.

Kunjungan ke Indonesia hari ini merupakan kunjungan luar negeri pertama Muhyiddin setelah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia sejak Maret 2020 lalu.

Dua negara yang merupakan produsen minyak sawit ini juga menyatakan komitmennya untuk memberantas diskriminasi terhadap minyak sawit.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengatakan, penting bagi kedua negara untuk bekerjasama melawan diskriminasi minyak sawit. Sejalan dengan itu, Muhyiddin menyatakan, kampanye antisawit di Eropa telah salah menggambarkan industri sawit.

Kedua pemimpin negara tersebut juga akan membahas lebih lanjut mengenai perizinan perjalanan dinas dan bisnis antarnegara di tengah pandemi Covid-19.

Selanjutnya: PBB: Kami akan lakukan segala cara untuk memastikan kudeta Myanmar gagal




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×