Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Tingkat inflasi produsen China mencatatkan kenaikan tercepat dalam sembilan tahun terakhir pada Februari 2017. Data yang dirilis Badan Statistik Nasional China, indeks harga produsen melompat 7,8% pada Februari dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, tingkat inflasi produsen pada Januari lalu sebesar 6,9%. Sedangkan perkiraan analis yang disurvei Reuters menunjukkan, inflasi produsen akan berada di posisi 7,7%.
Kenaikan inflasi produsen disinyalir akibat kenaikan harga komoditas seperti baja dan bahan baku lainnya. Hal ini turut mengerek laba dari perusahaan industri di seluruh dunia.
Sebaliknya, inflasi konsumen malah melandai dari ekspektasi market ke level terendah sejak Januari 2015 di level 0,8% pada Februari. Beberapa penyebabnya adalah penurunan harga pada perayaan Tahun Baru China dan cuaca dingin.
Hal ini menyebabkan para analis bingung dalam menilai kekuatan ekonomi China terhadap ekonomi global.
"Inflasi produsen mayoritas karena didorong oleh kebijakan fiskal proaktif, spekulasi market, dan kebijakan pemangkasan kapasitas berlebih," jelas Zhou Hao dari Commerzbank di Singapura.
Kendati demikian, inflasi konsumen China masih berada dalam zona nyaman bank sentral. Namun, ekspektasi adanya tekanan akan mendorong bank sentral untuk tetap berada pada jalur pengetatan kebijakan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Li Keqiang mengungkapkan, pemerintah China mematok target inflasi konsumen 3% di akhir 2017, tidak berubah dari tahun lalu.