Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sekarang, dengan Trump membuntuti Biden dalam jajak pendapat, orang-orang mulai bertanya apakah perpecahan yang disebabkan oleh salah satu presiden paling terpolarisasi dalam sejarah AS dapat disembuhkan jika Trump kalah dalam pemilihan.
“Sayangnya, menurut saya penyembuhan nasional tidak semudah mengubah presiden,” kata Jaime Saal, psikoterapis di Rochester Center for Behavioral Medicine di Rochester Hills, Michigan.
Baca Juga: China diramal bakal untung besar jika Trump menang pemilu, kok bisa?
“Ini membutuhkan waktu dan usaha, dan kedua belah pihak - tidak ada maksud - bersedia untuk melepaskan segalanya dan bergerak maju,” katanya.
Saal mengatakan ketegangan dalam hubungan pribadi orang-orang telah meningkat mengingat dinamika politik, kesehatan, dan sosial yang dihadapi Amerika Serikat. Paling sering dia melihat klien yang memiliki perpecahan politik dengan saudara kandung, orang tua atau mertua, berlawanan dengan pasangan.
Tetangga versus tetangga
Mengutip Reuters, terpilihnya Trump pada 2016 memecah keluarga, merusak persahabatan, dan mengubah tetangga menjadi lawan. Banyak yang beralih ke Facebook dan Twitter untuk menuliskan postingan tanpa batas yang menghina Trump dan hal ini memicu komentar balasan dari pengguna media sosial tersebut. Sementara tweet bebas presiden sendiri juga telah mengobarkan ketegangan.
Baca Juga: Apakah militer AS campur tangan bila transfer kekuasaan tersendat saat Trump kalah?
Sebuah laporan bulan September oleh Pew Research Center non-partisan menemukan bahwa hampir 80% pendukung Trump dan Biden mengatakan mereka memiliki sedikit atau tidak ada teman yang mendukung kandidat lainnya.
Gayle McCormick, 77, yang berpisah dari suaminya William, 81, setelah dia memilih Trump pada 2016, berkata, "Saya pikir warisan Trump akan membutuhkan waktu lama untuk pulih."