kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inilah empat kunci sukses Turki mengatasi virus corona Covid-19


Kamis, 18 Juni 2020 / 23:47 WIB
Inilah empat kunci sukses Turki mengatasi virus corona Covid-19
ILUSTRASI. A municipality worker sprays disinfectant over a tram to prevent the spread of coronavirus disease (COVID-19) in central Istanbul, Turkey, March 18, 2020. REUTERS/Kemal Aslan


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Turki menjadi salah satu negara yang dianggap berhasil dalam menangani pandemi virus corona Covid-19.

Keberhasilan Turki dalam menangani pandemi virus corona Covid-19 tidak hanya dari sisi kesehatan, tapi juga dari sisi pemulihan perekonomian.

Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal menceritakan beberapa keberhasilan Turki dalam menangani virus corona Covid-19 di negeri itu.

Seperti dikutip kantor berita Turki Anadolu Agency (AA) setidaknya ada empat kunci keberhasilan Turki dalam menangani krisis virus corona Covid-19.

Dubes Iqbal mengungkapkan ada empat kunci utama keberhasilan Turki dalam menangani krisis Covid-19.

Pertama konsolidasi politik yang baik dengan tidak ada satupun pejabat Turki yang mengabaikan ataupun meremehkan bahayanya dampak dari Covid-19.

“Politisi Turki menyadari Turki sebagai hub Asia dan Eropa sehingga tidak bisa dipungkiri mereka menghadapi ancaman luar biasa dari Covid-19,” tambah dia.

Menurut Iqbal, kerasnya benturan antara kelompok sekuler dan Islam konservatif di Turki tidak terlihat dalam upaya penanganan Covid-19, karena pemerintah tidak menolak adanya ancaman dari virus tersebut serta pendekatan terhadap kelompok oposisi cukup baik, sehingga tidak ada perbedaan yang membuat Turki solid.

Kedua, Turki memiliki pasokan pangan dan keamanan pangan yang kuat karena memiliki cadangan pangan selama 1 tahun ke depan.

Maklum Turki dikelilingi pusat konflik, sehingga dalam undang-undang negeri itu mewajiban untuk ketersediaan pasokan pangan minimal 1 tahun.

"Jadi, kalau hanya untuk pasokan 3 bulan tanpa suplai baru karena produksi pertanian berhenti, tidak ada masalah. Tidak ada kekurangan bahan pokok. Turki bahkan kelebihan pasokan pangan,” jelas dia.

SELANJUTNYA>>>

Oleh karena itu, pada saat industri makanan di Eropa mati karena Covid-19, ekspor makanan Turki ke Eropa pada kuartal kedua tahun ini justru tumbuh.

Iqbal menjelaskan kunci keberhasilan ketiga adalah investasi Turki pada fasilitas kesehatan selama 15 tahun terakhir mulai terlihat dampaknya pada saat terjadi krisis kesehatan saat ini.

"Tidak ada kekurangan tempat tidur di rumah sakit Turki. Tingkat okupansi rumah sakit saat puncak penyebaran Turki hanya 70% dan saat ini tinggal 40%,” tambah dia.

Turki juga banyak membangun rumah sakit lapangan untuk karantina turis asing yang masuk pada masa new normal seperti sekarang.

“Turki juga salah satu negara di dunia yang pasokan medisnya tidak tergantung dari impor karena hampir semua alat medis seperti hand sanitizer, masker, APD, dan ventilator bisa diproduksi sendiri,” lanjut Iqbal.

Dia menambahkan Turki bahkan melakukan ‘Soft Covid Diplomacy’ dengan mengirimkan bantuan medis termasuk alat tes PCR ke 72 negara, antara lain Inggris, AS, Italia, Spanyol, dan bahkan Israel.

Kunci terakhir keberhasilan Turki adalah bagusnya komunikasi publik yang dibangun pemerintah melalui satu sumber informasi, sehingga warga negara asing di Turki merasa aman.

"Setiap Kamis malam semua orang menunggu informasi di televisi melalui pidato presiden yang didampingi mendagri dan menkes, jadi semua tahu arah kebijakan pemerintah dalam 1-2 minggu ke depan,” kata dia.

Dalam catatan Dubes Iqbal Turki baru mengumumkan warganya positif virus corona Covid-19 kali pertama kali sekitar 10 hari setelah Indonesia.

Fokus kebijakan pemerintah Turki dalam 30 hari pertama adalah menangani masalah keamanan dan kesehatan masyarakat. "Dalam 30 hari pertama seluruh layanan masyarakat baik mal, pabrik, sekolah, universitas, dan asrama universitas tutup. Kami sempat kewalahan memikirkan mahasiswa Indonesia yang harus keluar dari asrama," ungkap Iqbal dalam diskusi virtual, Kamis.

Sebab, pemerintah Turki menggunakan asrama mahasiswa sebagai tempat karantina warga Turki yang dipulangkan dari luar negeri. 

"Setiap penduduk digratiskan lima masker setiap minggu. Presiden Erdogan meminta industri pertahanan melakukan riset karena sudah menyadari akan ada kekurangan ventilator," tambah Iqbal.

SELANJUTNYA>>

Walhasil sejak April 2020 Turki mampu memproduksi ventilator sendiri dengan kapasitas produksi 600 unit per hari. Ventilator itu juga diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, dan Brazil.

Selanjutnya pada 30 hari selanjutnya fokus pada pemulihan ekonomi setelah aspek kesehatan tertangani. Pemerintah Turki baru mulai masuk ke tahap pemulihan ekonomi dengan mengguyurkan dana stimulus sekitar US$ 38 miliar untuk sektor industri. Stimulus ekoomi ini memiliki efek ganda seperti sektor otomotif.

"Sektor otomotif di Turki sangat kuat dan menjadi basis produksi bagi 4 hingga 5 brand global untuk pemasaran di Eropa," lanjut dia.

Iqbal menjelaskan dari sekitar US$ 38 miliar stimulus tersebut mampu memberikan dampak ekonomi hingga US$ 89 miliar atau sekitar 10%-11% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Turki.

"Stimulus ini sangat menentukan dan jadi kunci keberhasilan Turki menyelamatkan perekonomian," ungkap Iqbal.

Iqbal menambahkan dalam 10 tahun terakhir ekonomi Turki sangat bergantung pada sektor pariwisata dengan kunjungan turis asing tahun lalu mencapai 51 juta orang.

Namun, akibat Covid-19, sektor pariwisata Turki mendapatkan goncangan keras.

Kondisi ini membuat pemerintah mendorong penguatan sektor manufaktur khususnya pada industri otomotif dan juga produksi makanan.

"Turki dari awal menentukan reopening ekonominya, sudah menggunakan indikator yang jelas, yakni tingkat kesembuhan Covid-19 harus mencapai 78%,” jelas Iqbal.

Dia menceritakan bahwa pada 1 Juni, tingkat kesembuhan di Turki sudah mencapai 77% kemudian pada 6 Juni sudah lebih dari 78% jauh di atas rata-rata level kesembuhan global yang sekitar 45%.

Pada kuartal pertama ekonomi Turki tumbuh 4,5%, namun pada kuartal kedua terkontraksi 3,5% akibat Covid-19.

Perekonomian negara ini bisa diselamatkan dari kontraksi lebih dalam karena pertumbuhan pada industri makanan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×