Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - PARIS. Operasional armada Airbus (AIR.PA) di berbagai maskapai mulai kembali mendekati normal pada Senin setelah produsen pesawat Eropa tersebut mempercepat penerapan pembaruan perangkat lunak darurat yang sebelumnya diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama.
Langkah cepat ini diambil menyusul meningkatnya perhatian publik terhadap isu keselamatan penerbangan yang selama ini lebih banyak diarahkan kepada rivalnya, Boeing (BA.N).
Puluhan maskapai dari Asia hingga Amerika Serikat telah melaksanakan retrofit perangkat lunak secara mendadak sesuai instruksi Airbus dan mandat regulator global. Pembaruan tersebut dilakukan setelah terungkap adanya kerentanan terhadap solar flares (letupan matahari) dalam insiden penerbangan JetBlue A320 baru-baru ini.
Namun, sebagian maskapai memerlukan proses yang lebih panjang. Maskapai Avianca dari Kolombia, misalnya, masih menghentikan pemesanan untuk penerbangan hingga 8 Desember.
Recall 6.000 Jet A320-Family, Langkah Terbesar Airbus
Sumber industri menyebut keputusan Airbus untuk meminta pembaruan perangkat lunak pada sekitar 6.000 pesawat A320-family, atau setengah dari total armada global, merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Recall Massal A320 Mulai Mereda, Airbus Selesaikan Pembaruan Software Lebih Cepat
Keputusan ini diambil segera setelah muncul dugaan meskipun belum terbukti adanya kaitan antara kerentanan perangkat lunak dan penurunan ketinggian pesawat JetBlue tersebut.
Setelah berkonsultasi dengan regulator, Airbus pada Jumat lalu mengeluarkan perintah keselamatan setebal 8 halaman kepada ratusan operator, yang pada praktiknya merupakan perintah grounding sementara karena pembaruan harus dilakukan sebelum penerbangan berikutnya.
CEO maskapai berbiaya rendah Flyadeal, Steven Greenway, menggambarkan prosesnya berlangsung sangat cepat.
“Pemberitahuan datang sekitar pukul 21.00 waktu Jeddah dan saya kembali ke kantor pukul 21.30. Saya cukup terkejut kami bisa menyelesaikannya secepat itu, padahal selalu ada tantangan teknis,” ujarnya.
Instruksi tersebut memicu kekhawatiran besar terkait potensi gangguan perjalanan, terutama selama periode liburan Thanksgiving di AS.
Peringatan luas itu juga menyoroti fakta bahwa Airbus tidak memiliki visibilitas real-time terkait versi perangkat lunak yang digunakan oleh masing-masing pesawat, akibat jeda pelaporan dari maskapai.
Dampak Lebih Rendah dari Perkiraan
Pada awalnya, maskapai kesulitan menghitung skala dampak karena perintah tersebut tidak mencantumkan nomor seri pesawat yang terdampak. Sebuah penerbangan Finnair dilaporkan mengalami penundaan di landasan untuk pemeriksaan.
Namun dalam 24 jam, tim teknis maskapai berhasil mengidentifikasi pesawat yang terdampak secara individual. Sejumlah maskapai kemudian merevisi perkiraan jumlah pesawat yang harus diperbaiki serta waktu pengerjaan, yang awalnya diperkirakan Airbus membutuhkan tiga jam per unit.
“Jumlah pesawat terdampak berkurang drastis,” kata salah satu sumber industri pada Minggu.
Airbus tidak memberikan komentar tambahan selain pernyataan resmi pada hari Jumat.
Perbaikan Melibatkan "Rollback" Versi Perangkat Lunak
Pembaruan teknis tersebut melibatkan pengembalian ke versi perangkat lunak sebelumnya yang mengatur sudut hidung pesawat (nose angle). Prosesnya dilakukan dengan mengunggah ulang software melalui perangkat khusus yang disebut data loader, yang dibawa langsung ke kokpit untuk mencegah risiko serangan siber.
Beberapa maskapai mengalami hambatan karena tidak memiliki cukup data loader untuk menangani puluhan pesawat dalam waktu singkat.
Maskapai JetBlue menyampaikan pada Minggu malam bahwa mereka telah menyelesaikan pembaruan pada 137 dari 150 pesawat terdampak dan mengantisipasi pembatalan sekitar 20 penerbangan pada Senin.
Baca Juga: Recall Airbus A320, Maskapai Bergegas Perbaiki Perangkat Lunak
Sementara itu, sebagian kecil pesawat A320 yang lebih tua akan membutuhkan penggantian komputer alih-alih sekadar reset perangkat lunak. Jumlah pesawat dalam kategori ini sudah lebih rendah dari perkiraan awal sebanyak 1.000 unit, menurut sumber industri.
Dampak Industri Pasca Krisis Boeing 737 MAX
Para eksekutif penerbangan menilai situasi ini menunjukkan bagaimana standar respons keselamatan industri telah berubah sejak krisis Boeing 737 MAX, ketika Boeing banyak dikritik atas penanganan kecelakaan fatal yang disebabkan kesalahan desain perangkat lunak.
Ini merupakan kali pertama Airbus menghadapi perhatian global soal keselamatan dalam skala sebesar ini sejak krisis tersebut. CEO Airbus Guillaume Faury bahkan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka—sebuah perubahan nada yang signifikan dalam industri yang biasanya berhati-hati menghadapi tuntutan hukum dan tekanan publik.
Boeing sendiri juga telah mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka.
Ronn Torossian, Chairman 5W Public Relations yang berbasis di New York, mengatakan: “Apakah Airbus bertindak dengan mempertimbangkan krisis Boeing MAX? Tentu saja — setiap perusahaan di sektor penerbangan melakukannya.”
“Boeing membayar mahal secara reputasi karena ragu-ragu dan kurang transparan. Airbus jelas ingin menunjukkan kesediaan untuk berkata, ‘Kami bisa berbuat lebih baik.’ Itu memberi sinyal positif bagi regulator, pelanggan, dan publik,” tambahnya.













