kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IPO di China Capai Rekor Tahun Ini Tembus US$ 92 Miliar


Senin, 12 Desember 2022 / 17:02 WIB
IPO di China Capai Rekor Tahun Ini Tembus US$ 92 Miliar
ILUSTRASI. Rekor nilai pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) global yang terjadi di China tahun ini masih akan berlanjut pada 2023 mendatang.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Rekor nilai pencatatan saham perdana alias initial  public offering (IPO) global yang terjadi di China tahun ini masih akan berlanjut pada 2023 mendatang.

Pencatatan saham perdana atau IPO di bursa Shanghai, Shenzhen, dan bursa Beijing telah meraup penghimpunan dana segar senilai US$ 92 miliar tahun ini, mengutip data Bloomberg, Senin (12/12).

Nilai IPO di bursa saham China ini menyumbang 46% dari nilai IPO global. Pencapaian itu hampir empat kali lipat dibandingkan  IPO di bursa Wall Street. Padahal, kontribusi China  hanya 13% dari IPO global pada akhir tahun 2021.

Pelonggaran kebijakan China telah menjadi katalis utama maraknya IPO di China, seperti biaya pinjaman. Pada saat yang sama, pasar real estat China yang runtuh memaksa banyak investor mencari alternatif untuk menggunakan uang mereka.

“Berbagai perusahaan China berkualitas tinggi dengan ambisi IPO baru tumbuh selama 2022, dan akan terus berlanjut sepanjang 2023. Banyak dari mereka akan mencari cara untuk meningkatkan modal segera setelah ada bukti keberhasilan lebih lanjut dalam transisi ke ekonomi pasca Covid-Zero dan dukungan untuk pasar tenaga kerja domestik,” ujar James Bean, manajer portofolio ECM di Myriad Asset Management.

Baca Juga: Pendiri Alibaba, Jack Ma Terpantau Berada di Jepang

Performa masa lalu juga berperan dalam memikat investor. Rata-rata kinerja saham baru yang terdaftar di China cenderung jauh lebih baik daripada pasar secara keseluruhan karena aturan valuasi yang mengatur IPO.

Secara keseluruhan, ada 391 debut IPO di Tiongkok tahun ini. Sembilan dari mereka mengumpulkan di atas US$1 miliar, terhitung sekitar 40% dari semua kesepakatan sebesar itu atau lebih besar secara global. Bursa New York hanya menyelenggarakan dua IPO, Hong Kong hanya tiga dan Eropa hanya memiliki satu, di Jerman.

Tren ini akan berlanjut tahun depan. Sebab, menurut data Bloomberg, sudah ada sekitar 376 perusahaan China telah mengumumkan rencana IPO selama enam bulan terakhir. Namun, status tertunda mereka tertunda yang akan go public pada tahun 2023.

Beberapa IPO terbesar di China antara lain perusahaan penyedia telekomunikasi China Mobile Ltd dan produsen energi CNOOC Ltd, yang masing-masing mengumpulkan dana sebesar US$ 8,6 miliar dan US$ 5 miliar.

Perubahan pada sistem pendaftaran untuk listing selama beberapa tahun terakhir membantu meningkatkan minat emiten, karena mereka menyederhanakan keseluruhan prosedur. Reformasi ini pertama kali diuji di Star Board Shanghai untuk perusahaan teknologi, dan kemudian diperkenalkan di ChiNext Board Shenzhen pada tahun 2020. Ada harapan akan diperluas ke seluruh pasar darat tahun ini, tetapi itu belum terwujud.

Yi Huiman, ketua Komisi Regulasi Sekuritas China, mengatakan dalam sebuah forum di bulan November bahwa reformasi harus diperdalam ke depannya. Aktivitas juga meningkat untuk penjualan saham tambahan setelah pemerintah pada bulan November mengakhiri larangan perusahaan terdaftar menjual lebih banyak saham di dalam negeri.

Sekitar 17 pengembang atau perusahaan properti China yang terdaftar dengan bisnis real estat mengumumkan rencana untuk mengumpulkan lebih banyak dana dari pasar saham. Financial News melaporkan pada Kamis, 13 dari perusahaan itu diperkirakan akan mengumpulkan dana US$ 12,9 miliar.

“Pasar A-share cukup tangguh dibandingkan dengan pasar Hong Kong. Ke depan, untuk sektor real estate, kita akan melihat lebih banyak perusahaan yang sudah terdaftar melakukan penggalangan dana tambahan. Daftar IPO baru kemungkinan besar berasal dari berbagai sektor,” kata Ivy Hu, direktur pelaksana ECM Asia di UBS AG di Hong Kong.

Untuk potensi penjualan saham perdana kali, Hu menyoroti sektor-sektor yang terkait dengan kisah pembukaan kembali China, termasuk barang konsumen dan hotel. Selain itu, kendaraan mobil listrik dan terkait baterai dan tenaga surya adalah tema penting yang telah dibicarakan orang selama beberapa waktu.

“Itu termasuk perusahaan netral karbon dan energi baru,” tambahnya.

Adapun, saham yang baru IPO di China daratan naik dengan rata-rata sebesar 29% tahun ini di atas harga pencatatan mereka. Ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan kenaikan 5,5% di New York dan penurunan 6,2% di Hong Kong.

Investor harus selektif karena lebih banyak perusahaan go public berpotensi menyebabkan penurunan pengembalian saham IPO, menurut Aoping Zhang, dekan Institut Penelitian Zengliang yang dikelola swasta di Beijing.

“Jumlah perusahaan yang diperdagangkan di bawah level IPO mereka akan meningkat di masa depan, karena semakin banyak perusahaan yang mendaftar, semakin banyak investor yang fokus pada kualitas dan valuasi,” kata Zhang.

Namun, Zhang bilang, beberapa saham baru masih bisa memberi investor keuntungan besar. Sementara itu, regulator semakin memperhatikan untuk melindungi investor individu.

Baca Juga: Dorong Ekspansi Global, Vinfast Akhirnya Ajukan IPO di Bursa Saham AS




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×