Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam setelah Iran memperingatkan akan menutup Selat Hormuz, jalur vital bagi perdagangan minyak global, sebagai respons terhadap kemungkinan keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik Iran-Israel.
Pernyataan ini menambah kekhawatiran dunia internasional terkait dampak terhadap pasokan energi global.
Ancaman Iran: Balasan terhadap Dukungan AS untuk Israel
Ali Yazdikhah, anggota senior parlemen Iran, menyatakan bahwa jika AS secara resmi dan operasional ikut campur mendukung "Zionis" (Israel), maka Iran memiliki hak sah untuk menekan negara-negara Barat dengan mengganggu kelancaran perdagangan minyak mereka.
"Menutup Selat Hormuz adalah salah satu dari banyak opsi yang kami miliki untuk merespons musuh-musuh kami," tambah Behnam Saeedi, anggota presidium Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran.
Ancaman ini muncul saat Presiden Donald Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.
Baca Juga: Perang Israel vs Iran Menguras Anggaran, Biayanya Capai Rp 3,2 Triliun per Hari
Mengapa Selat Hormuz Sangat Penting?
Selat Hormuz adalah jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab. Di titik tersempitnya, selat ini hanya selebar sekitar 34 kilometer dan memiliki dua jalur pelayaran selebar dua mil masing-masing untuk kapal masuk dan keluar.
Lebih dari 26 persen perdagangan minyak dunia melewati selat ini setiap hari, menjadikannya salah satu chokepoint strategis paling penting di dunia. Menurut International Energy Agency (IEA), gangguan terhadap aliran minyak melalui selat ini akan berdampak besar pada pasar energi global.
Bisakah Iran Menutup Selat Hormuz?
Secara teknis, Selat Hormuz tidak bisa "ditutup" seperti menutup jalan raya. Namun, Iran bisa membuat jalur ini terlalu berbahaya bagi pelayaran komersial. Taktik semacam ini pernah dilakukan selama Perang Iran-Irak di tahun 1980-an, ketika Iran menargetkan tanker minyak dengan ranjau laut dan rudal, serta menggunakan kapal cepat untuk mengganggu lalu lintas laut.
Sebuah laporan Congressional Research Service (CRS) AS tahun 2012 menyebutkan bahwa Iran kemungkinan besar akan melakukan pendekatan bertahap, mulai dari langkah non-kekerasan hingga serangan langsung.
Beberapa langkah potensial yang bisa dilakukan Iran termasuk:
-
Mengumumkan penutupan selat tanpa menjelaskan konsekuensinya
-
Menyatakan bahwa kapal yang melintasi wilayah tersebut akan dicegat atau diserang
-
Menembakkan tembakan peringatan ke arah kapal
-
Menebar ranjau laut di sekitar selat
-
Menggunakan rudal jelajah dari darat, kapal, atau pesawat untuk menyerang kapal-kapal militer asing
Baca Juga: Hizbullah Belum Berencana Balas Dendam atas Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran
Apa Dampaknya Jika Iran Menutup Selat?
CRS memperkirakan bahwa jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, tindakan tersebut akan memicu respons militer besar-besaran dari AS dan sekutunya. Meski skenario ini dinilai sebagai "kemungkinan rendah", namun jika terjadi, dampaknya tidak akan terbatas pada upaya membuka kembali jalur pelayaran saja.
Selain itu, tindakan ini dapat merusak posisi diplomatik Iran, terutama dengan negara-negara yang selama ini menentang sanksi minyak terhadap Teheran. Iran bisa jadi lebih termotivasi melakukan aksi tersebut jika semakin sedikit negara yang bersedia membeli minyaknya.