kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iran dan Rusia kutuk keputusan AS yang pertahankan militernya di Suriah


Rabu, 30 Oktober 2019 / 07:07 WIB
Iran dan Rusia kutuk keputusan AS yang pertahankan militernya di Suriah
ILUSTRASI. Warga Suriah mengibarkan bendera Suriah dan Rusia menentang serangan udara AS di Damaskus, Suriah, 14 April 2018.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Iran dan Rusia mengutuk keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mempertahankan militernya di dekat ladang minyak di Timur Laut Suriah, dan menyatakan eksploitasi sumber daya tanpa izin merupakan tindakan ilegal.

Trump sebelumnya menyarankan ExxonMobil Corp atau perusahaan minyak AS lainnya untuk mengoperasikan ladang minyak di Suriah yang kemudian menuai kecaman dari ahli hukum dan energi.

Untuk itu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebutkan, negeri uak Sam akan memperkuat pasukan militernya di Suriah dengan "kekuatan mekanis" untuk mencegah pejuang negara Islam merebut ladang minyak tersebut.

Baca Juga: Sedot minyak Suriah, Trump tertarik bikin kesepakatan dengan ExxonMobil

"Ya, tampaknya Amerika Serikat tinggal untuk melindungi minyak. Dan setidaknya, Presiden Trump jujur untuk mengatakan apa yang Amerika Serikat maksud untuk melakukan itu, kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam konferensi pers di Jenewa, Selasa (29/10) malam, seperti dikutip Reuters.

"Iran dan Rusia ada di Suriah atas undangan dari Pemerintah Suriah, dan kami bermaksud untuk tinggal di sana selama Pemerintah Suriah dan orang Suriah ingin kami berada di sana," ujarnya usai bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Lavrov menyatakan, kembalinya pasukan AS ke Suriah, setelah perpindahan ke Irak, adalah dengan dalih melindungi cadangan minyak dari ISIS. "Intinya, setiap eksploitasi sumber daya alam di negara berdaulat tanpa persetujuannya adalah ilegal dan itu," tegas dia.

"Kolega AS kami menyadari posisi kami dan kami akan mempertahankan posisi itu," imbuh Lavrov seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Polisi militer Rusia tiba di Suriah untuk melakukan patroli bersama Turki

Sementara Fahrettin Altun, Direktur Komunikasi Presiden Turki Tayyip Erdogan, mengungkapkan sumber daya alam Suriah milik orang Aram. "Hasil minyak atau jenis lain harus digunakan untuk upaya rekonstruksi termasuk infrastruktur lokal, dukungan untuk warga sipil, pengungsi (di dalam negeri), dan pelarian," katanya.

"Sama seperti Suriah harus mampu menentukan masa depan politik mereka sendiri. Mereka juga harus diizinkan untuk memutuskan bagaimana sumber daya tanah mereka sendiri harus dibelanjakan," ucap Altun.

Utusan Khusus AS untuk Suriah Joel Rayburn berbicara kepada wartawan di Jenewa menyuarakan keprihatinan pada apa yang dia katakan adalah "situasi yang terus berbahaya di Timur Laut Suriah", dan mendesak semua pihak untuk bekerja guna menstabilkan situasi.




TERBARU

[X]
×