kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iran melaporkan ada 3.000 kasus baru virus corona dalam satu hari


Selasa, 31 Maret 2020 / 17:55 WIB
Iran melaporkan ada 3.000 kasus baru virus corona dalam satu hari


Sumber: CNN | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  TEHERAN. Iran telah mencatat 3.111 kasus virus Corona baru dalam 24 jam terakhir, menjadikan jumlah total kasus di negara itu menjadi 44.606,.

Hal itu dikatakan juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kianush Jahanpoor kepada televisi pemerintah Iran, Selasa.

Baca Juga: Hampir 300 orang tewas di Iran karena minum metanol yang dikira obati covid-19

Mengutip CNN, Selasa (31/3), Jahanpoor mengatakan telah ada 141 kematian terkait virus corona tambahan, sehingga jumlah kematian Iran menjadi 2.898.

Dia menambahkan bahwa 14.656 pasien sejauh ini telah dibebaskan dari rumah sakit di seluruh negeri, sementara 3.703 pasien yang dirawat di rumah sakit masih dalam kondisi kritis.

Baca Juga: Begini strategi Arab Saudi mencegah penyebaran wabah covid-19

Sebelumnya dilaporkan, hampir 300 orang di Iran dilaporkan tewas setelah menenggak metanol, bahan yang mereka kira bisa mengobati virus corona. Di negara itu, minuman keras dilarang.

Jadi, jika orang yang menginginkannya, mereka harus mendapatkannya secara ilegal. Kabar palsu tentang obat virus corona menyebar di media sosial seantero Iran, di tengah anggapan pemerintah meremehkan wabah ini sebelum menyebar.

Baca Juga: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson positif terinfeksi corona dan mengisolasi diri

Dr Knut Erik Hovda yang mempelajari metanol mengatakan, dia mengkhawatirkan wabah di sana jauh lebih buruk dari yang diberitakan.

Dilansir Daily Mirror Senin (30/5/2020), Hovda berujar dengan virus yang semakin menyebar, publik setempat tidak menyadari ada bahaya lain yang mengintai.

"Ketika mereka terus meminum ini (metanol), maka bakal semakin banyak kabar ada orang yang keracunan," ujar toksikolog klinis di Oslo itu. Akun berbahasa Farsi di media sosial secara salah mengabarkan pemberitaan dari tabloid yang dipublikasikan pada awal Februari.




TERBARU

[X]
×