Sumber: CNN | Editor: Noverius Laoli
Sebelumnya dilaporkan, hampir 300 orang di Iran dilaporkan tewas setelah menenggak metanol, bahan yang mereka kira bisa mengobati virus corona. Di negara itu, minuman keras dilarang.
Jadi, jika orang yang menginginkannya, mereka harus mendapatkannya secara ilegal. Kabar palsu tentang obat virus corona menyebar di media sosial seantero Iran, di tengah anggapan pemerintah meremehkan wabah ini sebelum menyebar.
Baca Juga: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson positif terinfeksi corona dan mengisolasi diri
Dr Knut Erik Hovda yang mempelajari metanol mengatakan, dia mengkhawatirkan wabah di sana jauh lebih buruk dari yang diberitakan.
Dilansir Daily Mirror Senin (30/5/2020), Hovda berujar dengan virus yang semakin menyebar, publik setempat tidak menyadari ada bahaya lain yang mengintai.
"Ketika mereka terus meminum ini (metanol), maka bakal semakin banyak kabar ada orang yang keracunan," ujar toksikolog klinis di Oslo itu. Akun berbahasa Farsi di media sosial secara salah mengabarkan pemberitaan dari tabloid yang dipublikasikan pada awal Februari.