Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Di Tel Aviv, keluarga sandera Israel dan teman-teman mereka bersukacita mendengar berita tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka merasakan kegembiraan dan kelegaan yang luar biasa (tentang) kesepakatan untuk membawa pulang orang-orang yang mereka cintai.
Penerimaan Israel atas kesepakatan tersebut tidak akan resmi sampai disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah negara tersebut, dengan pemungutan suara dijadwalkan pada hari Kamis, kata seorang pejabat Israel.
Kesepakatan itu diharapkan akan disetujui meskipun ada pertentangan dari beberapa garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang mengulangi kecamannya terhadap kesepakatan itu pada hari Rabu.
Netanyahu menelepon Biden dan Presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengucapkan terima kasih dan mengatakan dia akan segera mengunjungi Washington.
Dalam pernyataan media sosial yang mengumumkan gencatan senjata, Hamas menyebut pakta itu sebuah pencapaian bagi rakyat mereka dan titik balik.
Baca Juga: Korban Perang Gaza Bisa 40% Lebih Tinggi dari Data Resmi
Meredakan Ketegangan Regional
Jika berhasil, gencatan senjata akan menghentikan pertempuran yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang sangat padat penduduknya dan menggusur sebagian besar penduduk daerah kantong kecil itu yang berjumlah 2,3 juta jiwa sebelum perang.
Hal itu pada gilirannya dapat meredakan ketegangan di seluruh Timur Tengah yang lebih luas, di mana perang telah memicu konflik di Tepi Barat yang diduduki Israel, di Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak, dan menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara musuh bebuyutan regional Israel dan Iran.
Tahap pertama kesepakatan tersebut mencakup pembebasan 33 sandera Israel, termasuk semua wanita, anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun.
Dua sandera Amerika, Keith Siegel dan Sagui Dekel-Chen, termasuk di antara mereka yang akan dibebaskan pada tahap pertama, kata seorang sumber.
Perjanjian tersebut menyerukan lonjakan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan prioritas saat ini adalah meringankan penderitaan luar biasa yang disebabkan oleh konflik ini.
Tonton: Tak Peduli Kemanusiaan di Gaza, Joe Biden Terus Kirimkan Senjata ke Israel US$ 8 Miliar| KONTAN News
Baik PBB maupun Komite Palang Merah Internasional mengatakan mereka tengah mempersiapkan diri untuk meningkatkan operasi bantuan mereka secara besar-besaran.
Perjanjian ini menyusul negosiasi berliku-liku yang dilakukan oleh media Mesir dan Qatar selama berbulan-bulan.
Pasukan Israel menyerbu Gaza setelah orang-orang bersenjata yang dipimpin Hamas menerobos penghalang keamanan dan menyerbu komunitas-komunitas di daerah perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 tentara dan warga sipil serta menculik lebih dari 250 sandera asing dan Israel, menurut penghitungan Israel.
Perang udara dan darat Israel di Gaza sejak itu telah menewaskan lebih dari 46.000 orang, menurut angka-angka kementerian kesehatan Gaza, dengan ratusan ribu orang terlantar berjuang melewati musim dingin di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara.