Sumber: Forbes | Editor: Noverius Laoli
Untuk menyegarkan bisnisnya, Alibaba mengumumkan prioritas pada layanan awan publik yang lebih mudah ditingkatkan daripada proyek-proyek independen yang ditekuni oleh Cloud Intelligence Group.
Proyek-proyek ini melibatkan pembangunan layanan awan khusus untuk pelanggan, seperti pemerintah setempat, dan umumnya memiliki margin yang lebih rendah.
Kenny Ng, seorang strategi sekuritas di Everbright Securities, menyatakan bahwa investor kemungkinan akan menunggu beberapa kuartal lagi untuk menilai kembali prospek unit awan. Pada kuartal kedua, bisnis awan hanya tumbuh 2% year-over-year menjadi US$ 3,8 miliar, sementara pendapatan untuk seluruh grup naik 9% menjadi $30,8 miliar.
Baca Juga: Peta Persaingan Bisnis Bank Digital di Indonesia Kian Sengit
Pertanyaan mengenai kapan dan di mana Cloud Intelligence Group akan terdaftar tetap menjadi terbuka. Shen Meng, direktur manajemen di Beijing di bank investasi boutique Chanson & Co., menyatakan bahwa undang-undang ketat China yang mengatur perlindungan data mungkin menghambat unit ini untuk melakukan penawaran umum di Hong Kong.
Pada bulan September, Bloomberg melaporkan bahwa divisi awan mungkin bernilai US$ 55 miliar dalam penawaran perdana di pusat keuangan Asia tersebut.
Alibaba juga mengumumkan penangguhan rencana IPO untuk rantai supermarket Freshippo-nya. Analis menyatakan bahwa penangguhan ini sudah diharapkan karena pengeluaran konsumen yang lesu di Tiongkok berarti valuasi Freshippo kemungkinan tidak akan memenuhi ekspektasi.
Untuk meredakan kekhawatiran investor terkait pencatatan ganda unit-unit Alibaba yang lebih kecil, perusahaan induk tersebut mengumumkan pembayaran dividen tahunan pertamanya, yang diperkirakan mencapai sekitar US$ 2,5 miliar.