Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperpanjang sanksi terhadap Korea Utara selama satu tahun lagi pada Rabu (17/6). Sanksi diperpanjang karena Trump melihat adanya ancaman luar biasa yang ditimbulkan Korea Utara.
Korea Times melaporkan, dalam pemberitahuan rutin yang dikirim ke Kongres AS, Trump menyebut, ia melanjutkan kebijakan darurat nasional sehubungan dengan Korea Utara yang pertama kali diumumkan pada 26 Juni 2008. Keputusan Trump tersebut tertuang dalam Executive Order 13466.
Perintah eksekutif tersebut menyerukan sanksi terhadap Korea Utara untuk menghentikan program-program rudal nuklir dan balistiknya.
"Tindakan serta kebijakan Pemerintah Korea Utara terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan ekonomi Amerika Serikat," Trump menulis dalam pemberitahuan untuk menjelaskan alasannya untuk memperpanjang sanksi setelah 26 Juni 2020.
Baca Juga: Pesawat Kim Jong Un terdeteksi terbang di tengah ketegangan antar-Korea, untuk apa?
Dalam surat yang menyertainya kepada Kongres AS, Trump juga menulis bahwa tindakan dan kebijakan pemerintah Korea Utara mengacaukan Semenanjung Korea dan membahayakan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, sekutu, dan mitra dagang di wilayah tersebut.
Secara khusus, Trump mengutip upaya Korut mengejar program nuklir dan rudal, dan tindakan serta kebijakan provokatif, destabilisasi, dan represif lainnya dari pemerintah Korea Utara.
Secara hukum, deklarasi darurat nasional akan secara otomatis dihentikan kecuali Presiden AS memperbaruinya dalam waktu 90 hari sebelum masa berlaku selesai.
Pembaruan sanksi itu rutin tetapi terjadi pada saat ketegangan meningkat di Semenanjung Korea di tengah meningkatnya ancaman militer Korut terhadap Korea Selatan.
Korea Utara sendiri telah membenarkan tindakannya, termasuk penghancuran kantor penghubung antar-Korea di pekan ini, dengan menuduh Korea Utara gagal menghentikan pembelot dari menerbangkan selebaran propaganda anti-Pyongyang ke Korea Utara dengan balon.
Baca Juga: Makin bergejolak, Korea Utara mulai kirim tentara ke Zona Demiliterisasi
Para analis mengatakan, Korea Utara mamakai alasan itu untuk meningkatkan daya tawar dari AS ketika kedua pihak akhirnya duduk untuk melanjutkan negosiasi denuklirisasi.
Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah bertemu tiga kali dalam dua tahun terakhir untuk mencoba mencapai kesepakatan mengenai pembongkaran program nuklir Korea Utara dengan imbalan konsesi.
Negosiasi semuanya telah berhenti sejak pertemuan puncak kedua mereka di Vietnam pada Februari 2019, ketika pertemuan itu dipersingkat karena perbedaan dalam ruang lingkup denuklirisasi Korea Utara dan bantuan sanksi dari AS.
Baca Juga: Utusan nuklir Korea Selatan mendadak ke AS, apa yang dibicarakan?