kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Jaga pasar tenaga kerja Amerika Serikat, The Fed bakal lanjutkan stimulus


Kamis, 11 Juni 2020 / 18:00 WIB
Jaga pasar tenaga kerja Amerika Serikat, The Fed bakal lanjutkan stimulus
ILUSTRASI. Federal Reserve Chairman Jerome Powell testifies during a House Financial Services Committee hearing on 'Monetary Policy and the State of the Economy' in Washington, U.S. July 10, 2019. REUTERS/Erin Scott


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Chairman The Federal Reserve Jerome Powell, Rabu (10/6) kemarin menyatakan pihaknya bakal terus memompa stimulus buat ekonomi AS hingga masalah ketenagakerjaan imbas pandemi dapat berakhir.

Bank sentral AS ini sejauh ini telah mengumumkan sembilan program pinjaman darurat untuk menjaga arus kredit selama pandemi. Tiga diantaranya, termasuk yang terkait fasilitas kredit kepada bisnis-bisnis utama memang belum diluncurkan. Sementara pada Senin (8/6) lalu, program pinjaman darurat disebut Powell bakal segera meluas ke segmen bisnis kecil.

Baca Juga: LSM China sebut pandemi corona memperbesar krisis HAM di Amerika Serikat

Adapun dari aspek fiskal, sejumlah stimulus dalam beberapa minggu terakhir juga diterbitkan. Parlemen AS di sisi lain juga telah menyetujui bantuan US$ 3 triliun yang juga akan dialokasikan sebagai tunjangan buat pengangguran selama pandemi.

“Kami bahkan tak sedikit pun berpikir untuk mengerek bunga acuan. Kami berkomitmen kuat menggunakan seluruh sumber daya yang kami miliki untuk melakukan hal yang bisa kami lakukan,” katanya dalam sebuah telekonferensi virtual yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (11/6).

Sayangnya, pernyataan tersebut belum mampu menarik minat investor. Bursa saham AS masih fluktuatif, sedangkan nilai US$ melulu merosot. Imbal hasl surat utang 10 tahun anjlok paling rendah pada minggu ini menjadi 0,72%. Ini seiring sinyal yang diberikan bank sentral untuk menjaga imbal hasil mendekati 0% dan terus memupuk surat berharga.

Sikap serupa juga diambil Federal Market open Committee (FOMC) yang menyatakan bakal terus menjaga kepemilikan surat berharganya, terutama yang asetnya berasal dari properti. Dalam sebuah pernyataan FOMC bakal menjaga kepemilikan surat berharga di kisaran US$ 80 miliar, dimana setengahnya atau US$ 40 miliar akan berasal dari surat berharga beraset properti.

Baca Juga: Situasi mulai adem, India dan China tarik sebagian pasukan dari perbatasan

“Menjaga porsi kepemilikan surat berharga, terutama yang beraset properti menunjukkan dukungan FOMC. Sementara The Fed tak melihat adanya peluang peningkatan lapangan kerja , risiko deflasi masih tinggi, dan ekonomi memang butuh lebih banyak dukungan untuk pulih,” kata Ekonom Grant Grantton Diane Swonk.

Di sisi lain risiko penggelembungan aset pun dinilai Powell masih minim, dan saat ini fokus The Fed adalah untuk memulihkan ketersediaan lapangan kerja dan kestabilan harga. “Kami fokus terhadap ekonomi riil dan tidak sama sekali mengarahkan harga aset,” katanya.

FOMC disebut Powell juga telah menerima arahan terkait kontrol imbal hasil untuk membatasi imbal hasil hingga jatuh tempo tertentu. Ini yang ditunggu Powell agar The Fed bisa meluncurkan strategi kebijakannya.

Baca Juga: Banjir terjang China Selatan, ratusan ribu orang mengungsi

The Fed sendiri baru saja mengumumkan proyeksi ekonomi kuartaanlnya, setelah alpa pada Maret lalu akibat pandemi. Semua taksiran The Fed bunga acuan akan tetap bertahan mendekati 0% hingga akhir 2021. Sementara sejumlah pemangku kebijakan lain bahkan menilai hal tersebut bakal bertahan hingga 2022.

Adapun pemerintah AS memprediksi tingkat pengangguran bakal turun menjadi 9,3% pada tiga bulan terakhir 2020 dibandingkan level 13,3% pada Mei 2020, dan kembali membaik pada level 6,5% pada 2021. Adapun PDB AS bakal merosot 6,5% tahun ini dan akan berbalik meningkat 5% pada 2021. Inflasi diperkirakan akan tetap berada di bawah target 2% hingga 2022.

Laporan penggajian pada Mei menunjukkan perbaikan juga dinilai Powell ketersediaan lapangan kerja mulai membaik. Meskipun ia mengingatkan butuh waktu lebih banyak untuk memulihkan pasar tenaga kerja.

Baca Juga: Akhirnya, India mencabut larangan ekspor obat hydroxychloroquine

“Asumsi saya akan ada angka yang signifikan terhadap orang-orang yang tidak bisa kembali ke pekerjaan lamanya, dan mungkin memang tidak akan ada pekerjaan di industri tersebut untuk beberapa lama. Butuh waktu agar orang-orang yang telah kehilangan pekerjaan tersebut kembali dapat pekerjaan,” lanjut Powell.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×