Sumber: The Straits Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Jenderal Xu telah menunjukkan bahwa China berada pada posisi kritis di mana produk domestik bruto China mencapai 101,6 triliun yuan yang telah melampaui Uni Eropa pada tahun lalu dan berjumlah sekitar 70% dari PDB AS tahun lalu.
"Yang terpenting adalah kesatuan dan kohesi internal, dan meningkatkan kemampuan kita secara keseluruhan. Jika Anda kuat, Anda akan memiliki stabilitas jangka panjang dan posisi yang tak terkalahkan," katanya.
Pada pertemuan terpisah Sabtu lalu, Menteri Pertahanan Wei Fenghe mengatakan bahwa persaingan strategis antara AS dan China telah memasuki jalan buntu.
Nada ini akan berlanjut selama seluruh proses peremajaan nasional China, katanya.
Baca Juga: Pesawat pembom B-52 AS terbang di atas langit Teluk Persia, ada apa?
"Keamanan nasional China telah memasuki periode berisiko tinggi. Tugas pertahanan nasional dan membangun militer menjadi sangat berat," kata Jenderal Wei, yang juga duduk di CMC.
"Beijing harus secara komprehensif memperkuat pelatihan dan kesiapsiagaan untuk perang dan meningkatkan kemampuan strategis untuk memenangkan musuh yang kuat," tambahnya.
The Straits Times memberitakan, China telah memproyeksikan pertumbuhan belanja pertahanan 6,8% tahun ini, naik sedikit dari posisi 6,6% tahun lalu.
Jenderal Xu telah mengatakan bahwa peningkatan pengeluaran militer mencerminkan posisi penting dan harapan tinggi yang dimiliki Beijing terhadap militer.
Para ahli telah menunjukkan bahwa peningkatan belanja pertahanan tahun ini sangat signifikan, mengingat ekonomi China hanya tumbuh 2,3% karena pandemi Covid-19, dan merupakan pengakuan atas tantangan eksternal yang dihadapi China.