Sumber: Russia Today | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kanselir Olaf Scholz terus menentang sumbangan senjata rudal jarak jauh Taurus oleh Amerika Serikat. Meskipun Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengizinkan Kiev menggunakan ATACMS Jerman tidak akan mengikutinya.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius seperti dikutip Russia Today (RT), Pemerintah Jerman tidak berniat menyetujui pasokan rudal jelajah jarak jauh ke Ukraina untuk serangan ke Rusia lebih mendalam, meskipun ada laporan perubahan kebijakan di AS.
Beberapa media berita pada hari Minggu melaporkan, Presiden AS Joe Biden telah memberikan Ukraina izin terbatas untuk serangan jarak jauh terhadap target jauh di dalam Rusia dengan rudal ATACMS sumbangan Amerika.
Baca Juga: Rusia Peringatkan Barat Terkait Pasokan Rudal Jarak Jauh ke Ukraina
Menanggapi ini Rusia mengatakan serangan semacam itu akan melewati batas merah dan akan menjadi perang NATO langsung dengan Rusia. Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sebelumnya telah menyediakan senjata jarak jauh ke Ukraina, tetapi Jerman menolak untuk melakukannya.
Keputusan Washington "tidak mengubah penilaian kami saat ini," kata Pistorius kepada wartawan pada hari Senin, ketika ditanya apakah Scholz akan mencabut larangannya untuk mengirim rudal peluncur udara Taurus ke Kiev.
Ia menegaskan, Saat ini "tidak ada alasan untuk membuat keputusan yang berbeda," imbuh Pistorius, saat berbicara saat mengunjungi pabrik helikopter di Bavaria. Sebaliknya, militer Jerman bermaksud menyediakan 4.000 drone yang menggunakan piloting berbantuan AI, katanya.
Washington memberi tahu Berlin tentang perubahan kebijakan tersebut sebelumnya, kata juru bicara pemerintah Jerman. Kementerian Luar Negeri menekankan bahwa tidak ada senjata Jerman yang disumbangkan ke Ukraina yang dianggap jarak jauh.
Baca Juga: Putin Beri Peringatan Keras ke AS Soal Rencana Penempatan Rudal Jarak Jauh di Jerman
Scholz telah membenarkan penolakannya untuk memberikan rudal Taurus kepada militer Ukraina dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut akan menjadikan Jerman sebagai pihak langsung dalam konflik tersebut.
Kanselir Jerman telah dikritik atas posisinya oleh beberapa mitranya dalam koalisi yang berkuasa yang sekarang gagal serta beberapa tokoh oposisi senior.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyambut baik laporan tentang keputusan Joe Biden. Partainya yakni Partai Hijau, "melihat masalah ini dengan cara yang sama seperti mitra Eropa Timur kita, Inggris, Prancis, dan Amerika," kata pejabat itu dalam wawancara dengan RBB Inforadio pada hari Senin.
Baca Juga: Soal Penggunaan Rudal Jarak Jauh Ukraina, Pimpinan NATO: Setiap Negara Harus Putuskan
Sementara Marie-Agnes Strack-Zimmermann, seorang anggota parlemen dari Partai Demokrat Bebas (FDP) yang mengepalai Komite Pertahanan Bundestag, menyebut langkah Amerika yang dilaporkan itu sudah lama tertunda.
Berbicara di radio Deutschlandfunk, dia mendesak Scholz untuk mengubah pikirannya tentang sumbangan Taurus. Partai Hijau dan FDP adalah mitra junior dalam koalisi yang dipimpin oleh Partai Sosial Demokrat Scholz, yang runtuh awal bulan ini.
Partai Demokrat Kristen, partai oposisi terkemuka Jerman, mendukung pengiriman rudal Taurus ke Ukraina. Politisi lain yang kritis terhadap seluruh pendekatan Barat terhadap konflik tersebut telah menikmati lonjakan popularitas tahun ini.