Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ada kemungkinan akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Lawatan Biden ini, menurut berbagai sumber, mencakup pembicaraan dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS).
Biden mengatakan kepada wartawan jika dia melakukan kunjungan ke Arab Saudi, ia akan mencoba untuk memajukan prospek perdamaian Timur Tengah.
Sumber yang mengetahui proses tersebut mengatakan Biden merencanakan perjalanan ke Arab Saudi bersamaan dengan perjalanan ke Eropa dan Israel pada akhir Juni.
Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Dikabarkan Menderita Penyakit Kanker
Baru-baru ini, Gedung Putih menyatakan, Biden masih merasa bin Salman adalah "paria" seperti apa yang dikatakan intelijen AS karena perannya dalam pembunuhan lawan politik, jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi, di Turki pada 2018.
Pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul menodai citra Putra Mahkota Arab Saudi sebagai seorang reformis. Pemerintah Saudi telah membantah keterlibatan MBS.
"Dengar, saya tidak akan mengubah pandangan saya tentang hak asasi manusia. Tetapi sebagai presiden Amerika Serikat, tugas saya adalah membawa perdamaian jika saya bisa dan itulah yang akan saya coba lakukan," kata Biden dalam menjelaskan alasan mengapa dia melakukan perjalanan ke Arab Saudi.
Kunjungan itu akan ditujukan untuk memperkuat hubungan dengan Arab Saudi pada saat Biden berusaha menemukan cara untuk menurunkan harga bensin di Amerika Serikat.
Biden akan berpartisipasi dalam KTT Dewan Kerjasama Teluk Riyadh, sebuah serikat regional yang anggotanya adalah Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, kata sumber Reuters.
“Ada kemungkinan bahwa saya akan bertemu dengan Israel dan beberapa negara Arab pada saat itu. Termasuk saya berharap Arab Saudi akan dimasukkan dalam hal itu jika saya ke sana," ata Biden.
Prospek untuk kunjungan Biden ke Arab Saudi meningkat pada hari Kamis, ketika OPEC + setuju untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 200.000 barel pada bulan Juli dan Agustus dan gencatan senjata dalam perang Yaman diperpanjang.
Baca Juga: Arab Saudi Mungkin Naikkan Produksi Minyak untuk Imbangi Penurunan Pasokan dari Rusia