Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom J.P. Morgan Asset Management, David Kelly, memperingatkan bahwa Amerika Serikat sedang “bangkrut pelan-pelan”. Namun, laju yang lambat membuat pasar belum menunjukkan tanda-tanda panik.
Dalam catatannya pekan ini, Kelly menyoroti utang nasional AS yang telah menembus US$ 37,8 triliun dengan pembayaran bunga mencapai US$ 1,2 triliun.
“Pertanyaan yang paling sering saya terima adalah: kapan utang federal akan meledak di hadapan kita semua? Jawaban saya: kita memang sedang bangkrut, tapi pelan-pelan,” tulis Kelly seperti dilansir dari Forbes, Rabu (15/10/2025).
Baca Juga: JP Morgan Kembali Keluar dari BBRI, Begini Rekomendasi Saham dan Target Harganya
Ia menilai pasar obligasi global masih percaya pemerintah AS memiliki ruang untuk terus berutang, terlihat dari imbal hasil obligasi 30 tahun yang masih berada di sekitar 4,6%.
Namun, di balik ketenangan pasar, Kelly menilai kondisi fiskal AS semakin genting. Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini hampir menyentuh 100%, dan berpotensi naik menjadi 102% pada tahun depan jika pertumbuhan ekonomi melambat.
Ia menghitung, bila pertumbuhan nominal PDB hanya 4,5% sementara defisit tetap di atas angka itu, maka rasio utang terhadap PDB akan terus meningkat.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump berupaya menekan defisit melalui kebijakan tarif impor dan pembentukan Department of Government Efficiency (DOGE) yang sempat melibatkan CEO Tesla, Elon Musk.
Baca Juga: JP Morgan Tetapkan Target IHSG 8.600, Simak Pertimbangan dan Rekomendasi Sahamnya!
Namun kerja sama itu berakhir setelah keduanya berselisih mengenai One Big Beautiful Bill Act kebijakan yang justru berpotensi menambah utang US$ 3,4 triliun dalam satu dekade.
Pemerintah mengklaim pendapatan dari tarif akan menutup defisit, tetapi para analis meragukan efektivitasnya.
Data Gedung Putih mencatat pendapatan tarif mencapai US$ 31 miliar pada Agustus, sementara proyeksi Congressional Budget Office (CBO) dan Committee for a Responsible Federal Budget memperkirakan defisit tahun fiskal 2025 mencapai 6% dari PDB, sedikit turun dari 6,3% tahun sebelumnya.
Meski demikian, Kelly menilai penurunan ini bersifat sementara dan sangat bergantung pada asumsi ekonomi tanpa resesi maupun lonjakan belanja baru.
Selain itu, kebijakan tarif Trump berpotensi terganjal di Mahkamah Agung. Jika dibatalkan, pemerintah bisa diwajibkan mengembalikan dana tarif yang sudah dipungut dan mencari dasar hukum baru untuk menerapkannya kembali. Hal ini dapat memperburuk posisi fiskal negara.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Ditopang Utang, Begini Rekomendasi JP Morgan
Kelly memperingatkan bahwa defisit bisa mencapai 6,7% dari PDB, lebih tinggi dari perkiraan resmi. Ia menilai ada risiko nyata bahwa keputusan politik atau perlambatan ekonomi dapat mempercepat krisis utang Amerika.
Bagi investor, pesan Kelly jelas: bersiaplah. Ia menyarankan diversifikasi portofolio dengan menambah aset alternatif dan saham internasional untuk mengantisipasi kemungkinan Amerika “bangkrut cepat” setelah lama “bangkrut pelan-pelan.”