Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2024, Wakil Presiden Kamala Harris telah menjadi pusat perhatian setelah Presiden Joe Biden memutuskan untuk mundur dari pencalonan dan memberikan dukungannya kepada Harris.
Harris kini berada di posisi strategis untuk memilih calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampinginya dalam kampanye yang diperkirakan akan sangat kompetitif, mengingat lawannya adalah mantan Presiden Donald Trump.
Pemilihan cawapres ini menjadi salah satu keputusan politik paling penting dalam karir Harris, yang akan menentukan arah kampanyenya menuju pemilihan 5 November 2024.
Kandidat Cawapres yang Dipertimbangkan
Proses seleksi cawapres Harris telah berlangsung intensif selama beberapa minggu terakhir. Tiga kandidat utama yang diwawancarai di kediaman resmi Harris, Observatorium Angkatan Laut di Washington, D.C., adalah Gubernur Minnesota Tim Walz, Senator AS Mark Kelly dari Arizona, dan Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro.
Selain itu, Harris juga melakukan pertemuan dengan Menteri Perhubungan Pete Buttigieg, serta secara virtual dengan kandidat lainnya seperti Gubernur Kentucky Andy Beshear dan Gubernur Illinois J.B. Pritzker.
Baca Juga: Pengaruh Elon Musk: Donald Trump "Terpaksa" Mendukung Kendaraan Listrik?
Setiap kandidat yang dipertimbangkan memiliki keunggulan tersendiri. Tim Walz, sebagai Gubernur Minnesota, memiliki pengalaman menarik pemilih di daerah pedesaan dan independen. Mark Kelly, seorang mantan astronot dan Senator dari Arizona, memiliki rekam jejak kemenangan di negara bagian yang dianggap sebagai medan pertempuran krusial.
Josh Shapiro, sebagai Gubernur Pennsylvania, juga memiliki kemampuan memenangkan pemilih di negara bagian yang akan menjadi kunci dalam pemilihan mendatang.
Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Harris dalam Memilih Cawapres
Pemilihan cawapres merupakan keputusan yang sangat strategis bagi Harris. Ia mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kemampuan kandidat untuk menarik pemilih di wilayah pedesaan, basis pemilih independen, dan bagaimana kandidat dapat mendukung visi dan platform kampanyenya.
Harris juga melibatkan tim penilai, termasuk mantan Jaksa Agung Eric Holder, yang melalui firma hukumnya Covington & Burling LLP telah melakukan pemeriksaan latar belakang dan keuangan para kandidat. Selain itu, Harris juga berdiskusi dengan suaminya, Doug Emhoff, dan beberapa penasihat dekat lainnya sebelum membuat keputusan akhir.
Rencana Pengumuman dan Strategi Kampanye
Pengumuman resmi tentang cawapres Harris diperkirakan akan dilakukan pada hari Selasa, menjelang penampilan publik pertama pasangan tersebut di Philadelphia.
Setelah pengumuman, Harris dan pasangannya akan memulai tur kampanye lintas negara bagian yang mencakup tujuh kota dalam lima hari, dengan fokus pada negara-negara bagian medan pertempuran yang diperkirakan akan sangat menentukan hasil pemilihan.
Kota-kota yang akan dikunjungi dalam tur ini termasuk Philadelphia, Pennsylvania; Eau Claire, Wisconsin; Detroit, Michigan; Durham, North Carolina; Savannah, Georgia; Phoenix, Arizona; dan Las Vegas, Nevada.
Setiap perhentian di tur ini akan melibatkan rapat umum di berbagai lokasi seperti kampus universitas, universitas kulit hitam bersejarah, aula serikat pekerja, dan restoran. Strategi ini dirancang untuk menjangkau berbagai kelompok pemilih, dari mahasiswa hingga pekerja serikat.
Baca Juga: Menilik Tiga Calon Kuat Pasangan Kamala Harris pada Pemilu AS 2024
Upaya Menarik Pemilih Partai Republik
Kampanye Harris juga meluncurkan program "Republik untuk Harris", sebuah inisiatif untuk menarik pemilih Partai Republik agar mendukung kandidat dari Partai Demokrat.
Program ini diinisiasi dengan menampilkan dukungan dari mantan pejabat Gedung Putih di era Trump seperti Stephanie Grisham dan Olivia Troye. Program ini akan mengadakan acara peluncuran di negara bagian medan pertempuran seperti Arizona, North Carolina, dan Pennsylvania.
Selain itu, tim kampanye Harris juga merencanakan pengumuman di media sosial yang menampilkan pasangan cawapres yang baru.
Pemilihan cawapres bukan hanya tentang memilih pendamping yang sejalan dengan visi Harris, tetapi juga tentang menemukan sosok yang dapat menambah daya tarik elektoral di kalangan pemilih yang mungkin belum terjangkau.
Tantangan terbesar yang dihadapi Harris adalah menarik pemilih di negara bagian yang secara tradisional mendukung Partai Republik atau memiliki pemilih independen yang signifikan.
Namun, dengan strategi kampanye yang solid dan pilihan cawapres yang tepat, Harris memiliki peluang untuk memperkuat posisinya dan meningkatkan dukungan di kalangan pemilih yang krusial untuk kemenangan pada November 2024.