Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Sebuah istilah asing tiba-tiba muncul sebagai slogan kebijakan Tiongkok dan mempengaruhi pergerakan pasar saham China.
Mengutip Bloomberg, istilah "anti-involusi" telah muncul dalam dokumen-dokumen pemerintah selama setahun terakhir. Akan tetapi, istilah tersebut menjadi semakin menonjol pada awal bulan ini ketika Presiden China Xi Jinping memimpin pertemuan tingkat tinggi yang berjanji untuk mengatur persaingan harga yang "tidak teratur".
Istilah ini merujuk pada upaya untuk menggairahkan kembali industri Tiongkok yang lesu, yang ditandai oleh perang harga sengit dan kelebihan kapasitas yang telah merugikan profitabilitas di berbagai sektor mulai dari tenaga surya, kendaraan energi baru, hingga baja.
Investor berharap bahwa respons kebijakan yang lebih terkoordinasi untuk mengatasi faktor-faktor pendorong deflasi akan segera hadir, meskipun Beijing belum merilis rencana apa pun.
Laporan analis tentang tema tersebut telah membanjiri pasar, sementara saham tenaga surya dan baja telah menguat pada bulan Juli.
Para ahli strategi Morgan Stanley mengubah preferensi mereka ke saham domestik dari yang ada di Hong Kong minggu lalu.
“Salah satu masalah terbesar yang dihadapi investor yang berinvestasi di Tiongkok adalah persaingan yang berlebihan,” kata Min Lan Tan, kepala kantor investasi utama Asia Pasifik di UBS AG.
Baca Juga: Trump Tetap Patok Tarif 32%, Indonesia Patut Ikuti Langkah China Menjaring Mitra Baru
Dia menambahkan, “Ini sebenarnya perkembangan yang sangat positif bahwa pemerintah dari atas ke bawah kini menyadari hal ini dan secara langsung menyatakan bahwa persaingan yang merusak harus dihentikan. Ini adalah sinyal kebijakan yang kuat.”
Istilah Tiongkok untuk involusi, neijuan, secara harfiah berarti bergulir ke dalam. Dalam praktiknya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan sistem persaingan yang ketat yang hanya menghasilkan sedikit kemajuan yang berarti.
Pengeluaran besar-besaran untuk membangun kapasitas telah membantu perusahaan-perusahaan Tiongkok meningkatkan posisi global mereka. Perusahaan-perusahaan di negara tersebut kini mendominasi setiap langkah rantai pasokan tenaga surya, sementara produsen kendaraan listriknya telah menggulingkan dominasi Tesla.
Namun, mengakhiri persaingan yang merusak jarang menjadi hal yang lebih penting. Deflasi produsen semakin memburuk, dan ketegangan perdagangan membuat Tiongkok tidak dapat lagi melepaskan sebagian kelebihan kapasitasnya ke negara lain.
Baca Juga: Penjualan Truk Listrik Melejit di China, Permintaan Truck Solar Anjlok