Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara dan Korea Selatan sedang dalam pembicaraan untuk membuka kembali kantor penghubung bersama yang diledakkan Pyongyang tahun lalu. Kedua negara juga juga berencana mengadakan pertemuan puncak sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan hubungan. Hal tersebut diungkapkan oleh tiga sumber pemerintah Korea Selatan yang mengetahui masalah tersebut.
Reuters memberitakan, menurut sumber tersebut dengan syarat anonim karena sensitivitas diplomatik, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mencari cara untuk meningkatkan hubungan yang tegang dengan bertukar beberapa surat sejak April.
Diskusi tersebut menandakan peningkatan hubungan yang memburuk pada tahun lalu setelah pertemuan puncak tiga pemimpin pada 2018 menjanjikan perdamaian dan rekonsiliasi.
Pembicaraan antar-Korea memiliki potensi untuk membantu memulai kembali negosiasi yang macet antara Pyongyang dan Washington yang bertujuan untuk membubarkan program nuklir dan rudal Korea Utara dengan imbalan keringanan sanksi. Meski demikian, beberapa analis tetap berhati-hati tentang prospek ini.
Baca Juga: Korea Utara: Program pertanian yang sukses adalah masalah hidup dan mati
Masalahnya adalah kunci bagi Moon, yang menghadapi penurunan dukungan di tahun terakhirnya menjabat. Dia mempertaruhkan sisa masa jabatannya untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Utara dan membantu mengatur pertemuan bersejarah antara Kim dan Presiden AS Donald Trump pada 2018 dan 2019.
Kedua Korea, secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-53 mereka berakhir dengan gencatan senjata. Pada hari Selasa (27/7/2021), kedua negara menghubungkan kembali hotline Korea Utara yang terputus sejak Juni tahun lalu.
Baca Juga: Korea Selatan meningkatkan pembatasan Covid-19, menjelang puncak musim liburan
Dua sumber Reuters membisikkan, kedua belah pihak sedang mendiskusikan pembangunan kembali kantor penghubung bersama di desa perbatasan Panmunjom. Seperti yang diketahui, Pyongyang secara spektakuler menghancurkan kantor sebelumnya di kota perbatasan Kaesong pada tahun 2020.
Sumber tersebut juga bilang, kedua Korea tengah berupaya untuk menggelar pertemuan tingkat tinggi antara Moon dan Kim. Sayangnya, belum ada kerangka waktu atau detail lain yang diajukan karena pandemi virus corona.
Hingga saat ini, Korea Utara belum mengkonfirmasi satu pun kasus Covid-19. Akan tetapi, negara ini menutup perbatasan dan memberlakukan tindakan pencegahan yang ketat, dengan melihat pandemi sebagai masalah kelangsungan hidup nasional.
Baca Juga: Tertinggi sejak Juli 2020, pasokan minyak China ke Korea Utara kembali meningkat
"Pembicaraan masih berlangsung, dan Covid-19 harus menjadi faktor terbesar," kata salah satu sumber. "Pertemuan tatap muka adalah yang terbaik, tetapi mudah-mudahan situasinya akan menjadi lebih baik."
Sumber kedua mengatakan, pertemuan tingkat tinggi secara virtual bisa menjadi pilihan jika Korea Utara menolak keras pertemuan langsung karena Covid-19.
"Jika kita bisa melakukan itu dan Korea Utara bersedia, itu akan membuat perbedaan besar, dan membuka begitu banyak kesempatan, sesuatu untuk memulai kembali pembicaraan dengan Amerika Serikat," jelas sang sumber.
Baca Juga: Lewat koordinasi, AS, Jepang, dan Korea Selatan kirim pesan yang jelas ke Korea Utara
Korea Utara, yang belum mengadakan pertemuan dengan warga negara asing sejak pandemi dimulai, belum mengomentari prospek pembukaan kembali kantor penghubung.
Bertukar surat
Sebelumnya, Moon telah menyerukan untuk menghidupkan kembali hotline dan menawarkan KTT video dengan Kim. Akan tetapi, Pyongyang menanggapinya secara terbuka dengan kritik pedas, dengan mengatakan tidak berniat berbicara dengan Seoul.
Sumber pertama mengatakan Moon dan Kim telah bertukar surat lebih dari 10 kali, yang mengarah pada pembukaan saluran komunikasi antara otoritas intelijen Seoul dan saudara perempuan Kim, Kim Yo Jong.
Meskipun mengalami "pasang surut" dalam komunikasi, kedua belah pihak sepakat pada akhir pekan untuk mengaktifkan kembali hotline sebagai langkah pertama.
Sumber itu mengatakan langkah Kim mencerminkan kesediaan untuk menanggapi tawaran AS untuk kembali menggelar perundingan, apalagi pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berjanji akan melakukan pendekatan praktis termasuk tidak menunjuk seorang utusan untuk masalah hak asasi manusia Korea Utara.
Baca Juga: Korea Utara kembali tegaskan kampanye anti budaya asing di kalangan pemuda
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS memberikan tanggapan terukur, dengan menegaskan kembali bahwa Washington mendukung dialog dan keterlibatan antar-Korea dan diplomasi serta dialog sangat penting untuk mencapai denuklirisasi lengkap dan untuk membangun perdamaian permanen di Semenanjung Korea.
Juru bicara itu juga mengatakan Washington sedang bekerja untuk menunjuk seorang utusan hak asasi manusia dan akan terus memprioritaskan hak asasi manusia dalam pendekatan keseluruhan AS terhadap Korea Utara.