kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Kas Rekor Berkshire Isyaratkan Kehati-hatian Jelang Warren Buffett Mundur


Senin, 03 November 2025 / 10:38 WIB
Kas Rekor Berkshire Isyaratkan Kehati-hatian Jelang Warren Buffett Mundur
ILUSTRASI. warren buffett


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Berkshire Hathaway menunjukkan sikap kehati-hatian di tengah ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat. 

Dalam laporan keuangannya yang dirilis Sabtu (2/11/2025), konglomerasi yang dipimpin Warren Buffett itu membukukan rekor kas tertinggi sepanjang sejarah, mencapai US$ 381,7 miliar, sekaligus menjadi laporan terakhir sebelum Buffett resmi mundur dari jabatan CEO di akhir tahun ini.

Selama 12 kuartal berturut-turut, Berkshire lebih banyak menjual saham daripada membeli. Portofolio ekuitas perusahaan senilai US$ 283,2 miliar yang mencakup saham Apple dan American Express, menunjukkan kecenderungan Buffett untuk menahan diri dari aksi akuisisi besar. 

Perusahaan juga tidak melakukan pembelian kembali saham (buyback) untuk kuartal kelima berturut-turut, meskipun harga sahamnya tertinggal dari pasar secara keseluruhan.

Baca Juga: Sering Lupa dan Penglihatan Bermasalah, Alasan Warren Buffett Mundur dari Berkshire

Kinerja operasional perusahaan tetap solid. Laba operasional kuartal III melonjak 34% menjadi US$ 13,49 miliar, melampaui perkiraan analis. 

Sementara laba bersih naik 17% menjadi US$ 30,8 miliar, terbantu oleh berkurangnya kerugian dari sektor asuransi dan ketiadaan bencana besar seperti badai. Namun, pertumbuhan pendapatan hanya 2%, lebih lambat dari laju ekonomi AS.

Berkshire mengakui bahwa ketidakpastian ekonomi dan turunnya kepercayaan konsumen menjadi faktor penghambat. 

Penjualan unit Clayton Homes melemah, sementara pendapatan dari Duracell, Fruit of the Loom, dan produsen mainan Squishmallows (Jazwares) juga menurun. 

Baca Juga: 5 Hal Utama dari Rapat Tahunan Berkshire Hathaway, Warren Buffett Mundur dari CEO

“Berkshire, yang sering dianggap cerminan ekonomi AS, bahkan tidak mampu mengikuti laju ekonomi,” ujar analis CFRA Research, Cathy Seifert, yang memberi peringkat “hold” untuk saham Berkshire.

Buffett Bersiap Pensiun, Abel Siap Pimpin

Buffett, yang kini berusia 95 tahun, tengah mempersiapkan transisi kepemimpinan setelah lebih dari enam dekade memimpin perusahaan. 

Kursi CEO akan diserahkan kepada Greg Abel (63 tahun), wakil ketua yang dikenal lebih aktif mengelola operasional. Buffett akan tetap menjabat sebagai ketua dewan.

Masih menjadi tanda tanya apa langkah Abel terhadap tumpukan kas raksasa Berkshire. Salah satu kemungkinan adalah membayar dividen pertama sejak 1967, meskipun perusahaan baru-baru ini mengalokasikan US$ 9,7 miliar untuk mengakuisisi bisnis kimia OxyChem dari Occidental Petroleum.

Analis Edward Jones, James Shanahan, yang menaikkan rekomendasi saham Berkshire menjadi “buy” pada September, menilai sikap pasif perusahaan selama reli pasar tahun ini mengecewakan. 

“Jika Anda merasa saham terlalu mahal, termasuk saham Anda sendiri, Anda bisa benar dalam jangka panjang, tapi salah untuk waktu yang lama dan itu yang terjadi pada Berkshire,” ujarnya.

Baca Juga: Warren Buffett Mundur dari Hathaway: Ini 5 Poin Penting dari Rapat Tahunan

Kenaikan laba operasional Berkshire sebagian didorong oleh pengaruh fluktuasi mata uang dan menurunnya beban klaim asuransi. Unit BNSF Railway mencatat kenaikan laba 6%, sementara Geico mengalami peningkatan pengeluaran, kemungkinan karena biaya iklan untuk menarik pelanggan baru.

Sebaliknya, laba Berkshire Hathaway Energy turun 9% akibat biaya hukum terkait kebakaran hutan serta kenaikan ongkos operasional pada jaringan pipa gas alam dan Northern Powergrid di Inggris. 

Perusahaan juga masih menilai dampak Undang-Undang One Big Beautiful Bill yang ditandatangani Presiden Donald Trump terhadap proyek energi terbarukan mereka.

Sejak Buffett mengumumkan pengunduran dirinya pada 3 Mei lalu, harga saham Berkshire anjlok 12% dan tertinggal 32 poin persentase di bawah indeks S&P 500. Sepanjang 2025, saham Berkshire juga masih 11 poin di bawah indeks acuan tersebut.

“Investor yang tidak sabar ingin Berkshire segera memanfaatkan dana kasnya, dan banyak yang memilih beralih ke tempat lain,” kata Tom Russo, mitra di Gardner Russo & Quinn, yang telah memiliki saham Berkshire sejak 1982. 

Baca Juga: Berkshire Hathaway Jual Saham US$ 3 Miliar, Laba Turun Jelang Warren Buffett Lengser

Meski begitu, ia menegaskan Berkshire tetap berada pada posisi yang sangat kuat untuk jangka panjang.

“Berkshire tidak akan menanam modal pada sesuatu yang tidak meningkatkan nilai intrinsik per saham,” ujarnya. “Selama prinsip itu dipegang, investor tidak perlu khawatir.”

Dengan hampir 200 bisnis di bawah naungannya — mulai dari Dairy Queen, See’s Candies, hingga perusahaan industri dan kimia — Berkshire terakhir kali melakukan akuisisi besar pada 2016 saat membeli Precision Castparts senilai US$ 32,1 miliar. 

Kini, semua mata tertuju pada Greg Abel, yang dinilai memiliki “kesempatan besar” untuk menentukan arah baru konglomerasi senilai US$ 1,03 triliun itu.

Selanjutnya: Mengapa Afghanistan Sering Dilanda Gempa Bumi? Ini Jawabannya

Menarik Dibaca: 5 Tren Pembiayaan Berkelanjutan, Fondasi Ekonomi di Masa Mendatang




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×