Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Perusahaan juga masih menilai dampak Undang-Undang One Big Beautiful Bill yang ditandatangani Presiden Donald Trump terhadap proyek energi terbarukan mereka.
Sejak Buffett mengumumkan pengunduran dirinya pada 3 Mei lalu, harga saham Berkshire anjlok 12% dan tertinggal 32 poin persentase di bawah indeks S&P 500. Sepanjang 2025, saham Berkshire juga masih 11 poin di bawah indeks acuan tersebut.
“Investor yang tidak sabar ingin Berkshire segera memanfaatkan dana kasnya, dan banyak yang memilih beralih ke tempat lain,” kata Tom Russo, mitra di Gardner Russo & Quinn, yang telah memiliki saham Berkshire sejak 1982.
Baca Juga: Berkshire Hathaway Jual Saham US$ 3 Miliar, Laba Turun Jelang Warren Buffett Lengser
Meski begitu, ia menegaskan Berkshire tetap berada pada posisi yang sangat kuat untuk jangka panjang.
“Berkshire tidak akan menanam modal pada sesuatu yang tidak meningkatkan nilai intrinsik per saham,” ujarnya. “Selama prinsip itu dipegang, investor tidak perlu khawatir.”
Dengan hampir 200 bisnis di bawah naungannya — mulai dari Dairy Queen, See’s Candies, hingga perusahaan industri dan kimia — Berkshire terakhir kali melakukan akuisisi besar pada 2016 saat membeli Precision Castparts senilai US$ 32,1 miliar.
Kini, semua mata tertuju pada Greg Abel, yang dinilai memiliki “kesempatan besar” untuk menentukan arah baru konglomerasi senilai US$ 1,03 triliun itu.


 
 
 
 
 
 
 
 










