Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Otoritas kesehatan India pada Senin (3/5) melaporkan tambahan lebih dari 300.000 kasus Covid-19. Angka ini tercatat selama 12 hari berturut-turut. Total infeksi akan menembus angka 20 juta dalam 24 jam ke depan.
Dilansir dari Reuters, sebanyak 368.147 kasus baru tercatat dalam 24 jam terakhir. Dengan tambahan kasus ini, total infeksi di India mencapai 19,93 juta dan kematian bertambah 3.417 menjadi 218.959.
Pakar medis mengatakan, jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi dari data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan India, yakni 5 hingga 10 kali lipat.
Menurut perhitungan tim ilmuwan Pemerintah India, jumlah infeksi Covid-19 di India akan mencapai puncaknya antara 3 hingga 5 Mei nanti. Waktu tersebut beberapa hari lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Baca Juga: Krisis Covid-19 di India menyebar, sistem kesehatan Nepal kewalahan
Lonjakan kasus Covid-19 di India diperburuk oleh kurangnya ruang di rumahsakit, menipisnya pasokan oksigen, serta padatnya fasilitas kamar mayat serta krematorium.
Reuters melaporkan, setidaknya ada 11 negara bagian dan wilayah telah memberlakukan pembatasan untuk membendung infeksi. Sayangnya, Perdana Menteri Narendra Modi masih enggan menerapkan lockdown nasional karena khawatir dengan dampak ekonominya.
Krisis terburuk sejak Modi memimpin
Tsunami Covid-19 selama sebulan terakhir tercatat sebagai krisis terburuk di India sejak Modi menjabat pada 2014.
Modi dianggap lalai karena tidak mengambil langkah cepat untuk mengekang penyebaran dan membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak bermasker menghadiri festival keagamaan dan kampanye politik di lima negara bagian selama Maret dan April.
Baca Juga: Ritual di Sungai Gangga picu lonjakan kasus Covid-19 harian tertinggi di India
Peringatan dini tentang kemunculan mutasi baru oleh forum penasihat ilmiah yang dibentuk oleh Pemerintah India pada awal Maret juga tidak ditanggapi dengan sigap oleh Modi dan jajarannya.
Beberapa ilmuwan dalam tim tersebut mengatakan, pemerintah federal tidak berusaha untuk memberlakukan pembatasan besar untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Meski menjadi produsen vaksin terbesar di dunia, India tidak memiliki cukup vaksin untuk dirinya sendiri. Saat ini, hanya sekitar 9% dari 1,4 miliar penduduknya yang telah menerima vaksin.
Kekurangan jumlah vaksin ini berpotensi menggagalkan rencana India untuk memulai program vaksinasi nasional pada Sabtu (8/5) nanti.
India telah berjuang untuk meningkatkan kapasitas melebihi 80 juta dosis sebulan karena kurangnya bahan baku dan kebakaran di Serum Institute, yang membuat vaksin AstraZeneca.
Saat ini, sudah ada banyak negara yang mengirimkan bantuan medis, mulai ventilator, oksigen, hingga tempat tidur medis untuk meringankan beban India.