Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - YERUSALEM. Vaksinasi Covid-19 sudah berjalan di berbagai negara. Efektivitas vaksin menurunkan penularan virus corona bisa terlihat dari pengalaman Israel. Hanya dalam beberapa minggu, jumlah kasus Covid19 dan rawat inap di negara ini menurun drastis sejak melakukan vaksinasi.
Berdasarkan penelitian baru di Israel seperti dilansir Bloomberg, Senin (8/2), vaksin bekerja hampir sama baiknya dengan yang dialkukan saat uji klinis. Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa vaksinasi itu merupakan jalan keluar yang masuk dari pandemi.
"Kami mengatakan dengan hati-hati, keajaiban telah dimulai," cuit Eran Segal, seorang ahli biologi kuantitatif di Weizmann Institute of Science dan rekan penulis studi baru tentang dampak vaksin di Israel.
Baca Juga: Rusia: Dengan 60% populasi Bumi kebal corona, Agustus nanti kehidupan normal lagi
Para peneliti menemukan harapan pada kemampuan vaksin untuk segera menurunkan kasus di antara orang Israel yang sudah divaksin. William Hanage, ahli epidemiologi Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan yang tidak terlibat dalam penelitian Israel menilai ada efek meyakinkan dari vaksinasi tingkat populasi.
Berita dunia nyata dari Israel ini menambah tanda-tanda harapan lain setelah bulan-bulan suram. Semakin banyak vaksin menunjukkan kemanjuran yang kuat terhadap Covid-19 dan sangat melindungi terhadap penyakit parah. Beberapa uji coba menunjukkan bahwa vaksin bahkan mungkin berpotensi memperlambat penularan virus.
Penurunan tingkat infeksi sangat tampak pada warga berusia lanjut di atas 60 tahun. Itu terjadi di sejumlah wilayah yang telah lebih dulu menerima suntikan vaksin Pfizer-BioNTech. Penelitian itu menganalisis data enam minggu setelah kampanye vaksinasi dimulai dan ditemukan bahwa jumlah kasus Covid-19 baru turun 41% dibanding tiga minggu sebelumnya.
Tingkat kemanjuran vaksin Pfizer dalam uji klinis mencapai 95%. Para peneliti pada November lalu memperingatkan bahwa tingkat kemanjuran itu bisa turun saat direalisasikan. Namun, hasil penelitian yang dirilis Layanan Kesehatan Maccabi, jaringan kesehatan terbesar Israel, menunjukkan bahwa perlindungan vaksin dalam praktiknya mungkin hampir sama baiknya dengan dalam uji klinis.
Baca Juga: India memberikan 500.000 dosis vaksin Covid-19 secara gratis ke Afganistan
Sebelumnya yang dikhawatirkan adalah orang yang jadi relawan saat uji coba mungkin tidak mewakili populasi secara keseluruhan. Selain itu, vaksin Pfizer-BioNTech sulit untuk diberikan dalam skala nasional karena harus dibekukan sampai segera sebelum diberikan.
Laporan Maccabi menunjukkan bahwa dari 416.900 orang yang divaksinasi, hanya 254 yang tertular Covid-19 seminggu setelah dosis kedua mereka. Terlebih lagi, semua kasusnya ringan. Membandingkan angka ini dengan orang yang tidak divaksinasi, para peneliti memperkirakan bahwa vaksin tersebut memiliki efektivitas 91%.
Para peneliti di Israel menilai hasil tersebut cukup mengejutkan mengingat mulai munculnya varian baru virus corona yang mengkhawatirkan. Varian B.1.1.7 sekarang menyumbang hingga 80% dari sampel yang diuji di Israel.
Baca Juga: China catat 0 kasus baru virus corona lokal, pertama dalam hampir 2 bulan
Ketika pertama kali diidentifikasi di Inggris pada bulan Desember, varian tersebut telah menyebar ke 72 negara lain dan mungkin hingga 50% lebih dapat ditularkan daripada varian lain.
Seperti diketahui, Israel memimpin dunia dalam memvaksinasi warganya. Sejauh ini, lebih dari sepertiga penduduknya yang berjumlah lebih dari sembilan juta orang telah menerima dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech dan hampir dua juta orang telah menerima dosis kedua.
Target pertama adalah warga negara yang berusia di atas 60 tahun, kelompok usia yang menyumbang 95% dari lebih dari 5.000 kematian akibat Covid-19 di Israel. Menurut Kementerian Kesehatan, 84% dari kelompok usia tersebut telah divaksinasi.