Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebuntuan terjadi jauh sebelum fajar. Ketika penyidik tiba dalam gelap, pasukan polisi telah menghalau para pendukung Presiden Yoon Suk Yeol yang saat ini diskors.
Mereka berkemah semalaman untuk mencegah penangkapan Yoon. Junralis BBC Jean Mackenzie mengungkapkan, beberapa pendukung yang ia temui menangis, sementara yang lain meratap, mengkhawatirkan apa yang akan terjadi.
Saat fajar, petugas pertama mencoba memasuki rumah Yoon tetapi dihalangi oleh tembok manusia yang terdiri dari tentara dan petugas keamanan. Upaya berikutnya juga gagal. Pintu rumah Yoon tetap tertutup rapat, dan tim keamanannya menolak memberikan akses kepada polisi.
Baca Juga: Penyidik Korea Selatan Minta Penjabat Presiden Buka Jalan Penangkapan Yoon
Selama berjam-jam, para penyidik menunggu, sementara kerumunan pendukung Yoon di luar semakin gelisah. Setelah serangkaian bentrokan antara polisi dan tim keamanan, para penyidik akhirnya menyerah karena menyadari bahwa misi ini tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.
Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Korea Selatan. Untuk pertama kalinya, seorang presiden aktif menghadapi ancaman penangkapan, dan tidak ada preseden atau aturan yang jelas untuk menangani situasi semacam ini.
Tiga minggu lalu, Yoon dimakzulkan dan seharusnya kekuasaannya telah dicabut. Namun, ketika polisi membawa surat perintah resmi untuk menangkapnya tetapi dihalangi oleh tim keamanannya, timbul pertanyaan besar mengenai siapa yang sebenarnya memiliki kendali.
Para penyidik mengaku menghentikan upaya penangkapan bukan hanya karena situasinya tampak mustahil, tetapi juga demi keselamatan mereka. Sebanyak 200 tentara dan petugas keamanan bergandengan tangan membentuk tembok manusia untuk melindungi kediaman Yoon. Beberapa di antara mereka bahkan dilaporkan membawa senjata.
Baca Juga: Pengawal Presiden Korea Selatan Gagalkan Penangkapan Yoon Suk Yeol yang Dimakzulkan
Sebelum mengumumkan darurat militer bulan lalu, Yoon telah mempersiapkan strategi ini selama beberapa bulan. Ia mengangkat orang-orang terdekat dan loyalisnya ke posisi penting, termasuk kepala tim keamanannya yang saat ini bertugas sejak September.
Penolakan Yoon untuk bekerja sama dalam penyelidikan menambah kerumitan. Ia mengabaikan semua panggilan untuk diinterogasi. Situasi ini akhirnya memaksa para penyidik mencoba membawanya secara paksa. Yoon sedang diselidiki atas tuduhan serius, yaitu menghasut pemberontakan, yang dapat dihukum penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Di tengah penyelidikan, Yoon tetap memobilisasi pendukungnya. Mereka berkumpul setiap hari di luar kediamannya sejak surat perintah penangkapan diterbitkan. Pada Hari Tahun Baru, Yoon bahkan mengirim surat kepada mereka untuk berterima kasih atas dukungan mereka.
Meski sebagian besar masyarakat Korea Selatan marah atas keputusan Yoon memberlakukan darurat militer, pendukungnya tetap setia. Banyak yang rela bermalam di suhu beku untuk melindungi Yoon.
Beberapa dari mereka menyatakan kesiapan untuk mati demi membela Yoon, sembari mengulang teori konspirasi tak berdasar yang Yoon nyatakan, seperti klaim bahwa pemilu telah dicurangi dan negara disusupi oleh kekuatan pro-Korea Utara.
Baca Juga: Otoritas Korea Selatan Datangi Rumah Mantan Presiden Yoon, Demonstran Menghalangi
Perhatian kini tertuju pada penjabat Presiden Choi Sang-mok. Pertanyaan utama adalah sejauh mana Choi dapat menggunakan kekuasaannya untuk memecat kepala keamanan presiden dan memaksa tim tersebut membiarkan Yoon ditangkap. Partai oposisi mendesak polisi menangkap siapa pun yang menghalangi penegakan hukum.
Surat perintah penangkapan Yoon berlaku hingga 6 Januari. Namun, tanpa perubahan strategi atau negosiasi dengan tim keamanan, upaya berikutnya tampaknya kecil kemungkinan berhasil. Selain itu, pendukung Yoon yang merasa telah menang dan berdaya akan semakin mempersulit situasi.
Jumlah pendukung Yoon terus bertambah, terutama menjelang akhir pekan. Mereka meyakini bahwa keberhasilan hari ini adalah hasil perjuangan mereka. “Kita menang, kita berhasil,” teriak mereka sepanjang sore, merayakan kemenangan sementara atas pihak berwenang.