kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Kekayaan Bernard Arnault, CEO Konglomerat Barang Mewah LVMH Rontok


Rabu, 25 September 2024 / 15:27 WIB
Kekayaan Bernard Arnault, CEO Konglomerat Barang Mewah LVMH Rontok
ILUSTRASI. Penurunan kekayaan Arnault tidak terlepas dari performa buruk LVMH di pasar saham. REUTERS/Christian Hartmann/File Photo


Sumber: Fortune | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bernard Arnault, pendiri dan CEO dari konglomerat barang-barang mewah LVMH, telah lama dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia bisnis.

Namun, setelah penurunan harga saham perusahaannya sebesar 20%, Arnault tidak lagi menempati posisi teratas sebagai orang terkaya di dunia. Pada akhir Maret 2024, Arnault memiliki kekayaan yang diperkirakan sebesar US$231 miliar, menempatkannya di atas nama-nama besar seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg.

Namun, pada Senin, kekayaan bersih Arnault turun menjadi sekitar US$177 miliar, menjadikannya orang terkaya kelima di dunia.

Penurunan Saham LVMH: Apa yang Terjadi?

Penurunan kekayaan Arnault tidak terlepas dari performa buruk LVMH di pasar saham. Saham perusahaan ini turun lebih dari 16% sepanjang tahun 2024, dengan nilai saham saat ini diperdagangkan di sekitar US$132 per lembar.

Arnault sendiri memiliki sekitar 48% saham di LVMH, yang berarti setiap fluktuasi harga saham sangat memengaruhi kekayaannya. Penurunan tajam ini membuat Arnault kehilangan sekitar US$54 miliar dalam nilai kekayaan bersihnya.

Baca Juga: Kekayaan Bernard Arnault Menguap Rp 819 Triliun Setelah Saham LVMH Merosot 20%

Meskipun LVMH adalah konglomerat yang menaungi merek-merek prestisius seperti Moët Hennessy, Louis Vuitton, Dior, Givenchy, dan Fendi, paruh pertama tahun 2024 tidak berjalan mulus bagi perusahaan ini.

Jean-Jacques Guiony, Chief Financial Officer (CFO) LVMH, menjelaskan bahwa beberapa divisi, terutama divisi anggur dan minuman keras, mengalami penurunan penjualan dua digit. Guiony menyebut situasi geopolitik dan makroekonomi global sebagai salah satu penyebab mengapa konsumen tampaknya enggan untuk "merayakan" dengan membuka botol champagne.

Namun, masalah ini tidak hanya dialami oleh LVMH. Menurut laporan dari Bank of America, pendapatan sektor barang-barang mewah secara keseluruhan cenderung stagnan selama kuartal kedua 2024, yang merupakan pertumbuhan paling lambat dalam 15 kuartal terakhir. Hal ini mencerminkan permintaan yang menurun, terutama selama bulan Juli hingga September.

Kelesuan yang dialami oleh LVMH adalah cerminan dari penurunan permintaan di seluruh pasar barang mewah global. Sebagai contoh, Michael Kors, yang dimiliki oleh Capri Holdings, melaporkan penurunan pendapatan lebih dari 14% dalam kuartal pertama tahun fiskal 2025.

Michael Kors sendiri, dalam kesaksiannya di pengadilan antitrust senilai US$8,5 miliar, mengakui bahwa tren popularitas di industri barang mewah selalu berubah-ubah. Terkadang, merek-merek ini menjadi "yang paling panas" di pasar, namun kadang kala hanya dianggap "hangat" atau bahkan "dingin."

Baca Juga: Bernard Arnault Keluar dari Daftar Puncak Orang Terkaya Dunia

Kekayaan Bernard Arnault: Penurunan Signifikan Namun Tetap Terdepan

Meskipun Arnault telah kehilangan jumlah kekayaan yang luar biasa pada tahun 2024, ia masih termasuk di antara orang-orang terkaya di dunia.

Dengan kekayaan sebesar US$177 miliar, ia tetap lebih kaya daripada tokoh-tokoh bisnis seperti Bill Gates, Steve Ballmer, Warren Buffett, dan Jensen Huang dari Nvidia. Di tengah penurunan kekayaan, Arnault juga tetap aktif dalam berinvestasi, terutama di sektor teknologi dan kecerdasan buatan.

Sepanjang tahun 2024, kantor keluarga Arnault melakukan investasi besar di lima startup yang berfokus pada pengembangan kecerdasan buatan, dengan total nilai investasi mencapai ratusan juta dolar.

Selain itu, pada bulan Juli, Arnault turut serta dalam proses akuisisi Hotel Bauer yang ikonik di Venesia dengan penawaran sebesar US$305 juta, meskipun pada akhirnya ia kalah dalam lelang tersebut.

Bernard Arnault dan LVMH: Masa Depan di Tengah Tantangan

Pada usia 75 tahun, Arnault belum siap untuk meninggalkan posisinya sebagai CEO. Ia bahkan memaksa dewan direksi untuk memperpanjang usia pensiun ketua dan CEO dari 75 tahun menjadi 80 tahun, agar ia dapat tetap memimpin LVMH lebih lama.

Dalam percakapan dengan Warren Buffett, investor legendaris berusia 93 tahun, Arnault bercanda bahwa ia seharusnya menetapkan batas usia yang lebih tinggi.

Baca Juga: Mark Zuckerberg Diprediksi Bakal Geser Elon Musk dari Puncak Daftar Terkaya Dunia

Meskipun demikian, Arnault masih bekerja dengan semangat tinggi, menghabiskan 12 jam per hari untuk mengelola LVMH. Dalam sebuah wawancara, Arnault menyatakan bahwa ia "bersenang-senang setiap pagi saat tiba di kantor."

Penurunan yang dialami oleh LVMH dan penurunan kekayaan Arnault tidak mengubah kenyataan bahwa ia masih menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia bisnis global. Perusahaannya, dengan berbagai merek prestisius yang beroperasi di pasar barang mewah, masih memiliki potensi besar untuk bangkit kembali setelah melewati masa sulit ini.

Namun, di tengah tantangan ekonomi global, LVMH dan Arnault harus beradaptasi dengan perubahan permintaan konsumen dan kondisi pasar yang terus berubah. Upaya untuk memperluas portofolio investasi ke teknologi, seperti kecerdasan buatan, dapat menjadi salah satu strategi untuk menjaga dominasi perusahaan di masa depan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×