Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mundurnya Rusia dari kesepakatan Black Sea Grain Initiative mulai mengerek harga gandum di pasar global.
Mengutip harga gandum di Bloomberg pada US$ 8,745 per gantang atau bushel naik sebesar 5,46% dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Sementara mengutip data tradingeconomics.com, harga gandum di kisaran US$ 8,7538/ bushel alias naik 5,56% dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Sementara harga gandum di pasar berjangka Chicago turun menjadi US$ 8,3 per gantang pada akhir Oktober.
Ini merupakan harga terendah dalam hampir enam minggu, tertekan oleh permintaan yang buruk dan karena kekhawatiran pasokan rendah mereda.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Bagaimana Dampaknya ke Produk Impor?
Data dari Amerika Serikat menunjukkan terjadi penurunan ekspor secara mingguan sebesar 46% pada pekan yang berakhir 21 Oktober.
Sementara itu, catatan bea cukai China menunjukkan 370.000 ton gandum telah diimpor dari negeri tirai bambu selama September, lebih rendah 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi penawaran, tradingeconomics.com menyebut meningkatnya curah hujan di Argentina menyebabkan proyeksi panen yang akan bisa meningkat, setelah sebelumnya terjadi kekhawatiran akan adanya kekeringan di negeri tango itu.
Sementara itu, PBB mengungkapkan optimisme akan upaya perluasan kesepakatan membuka koridor perdagangan yang aman untuk komoditas pangan di pelabuhan Laut Hitam alias Black Sea.
Dengan kesepakatan itu PBB berharap Ukraina dapat mengirimkan gandum dan membuka ruang penyimpanan atau silo yang sangat dibutuhkan negeri itu secara gratis.
Baca Juga: Rusia Diprediksi Segera Mobilisasi Hingga 40.000 Pasukan ke Kherson, Ukraina
Mengutip kantor berita Reuters (31/10) PBB menyatakan kesepakatan ekspor biji-bijian melalui Laut Hitam bahwa kapal kargo sipil tidak akan pernah menjadi target militer atau disandera harus tetap berjalan. Sebab pasokan pangan harus tetap mengalir di bawah kesepakatan awal meskipun pihak Rusia menyatakan menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan tersebut pada akhir pekan lalu.
Koordinator Inisiatif Kesepakatan Laut Hitam Amir Abdulla melalui komentar di Twitter mengemukakan, mundurnya Rusia setelah PBB, Turki dan Ukraina mendesak maju dengan rencana transit untuk kapal-kapal yang menunggu, agar menggunakan koridor perjalanan yang diatur berdasarkan kesepakatan.
Menanggapi desakan tersebut, Rusia yang menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022 mengatakan pihaknya menangguhkan perannya dalam kesepakatan untuk "jangka waktu tidak terbatas"
Pernyataan Rusia ini menuai kekhawatiran negara beruang putih itu akan memotong pengiriman dari salah satu pengekspor biji-bijian utama dunia, karena tidak dapat "menjamin keselamatan kapal sipil" setelah serangan terhadap armada di Laut Hitamnya.
Langkah Rusia mundur dari kesepakatan tersebut telah memicu kecaman dari Ukraina, NATO, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sementara PBB dan Turki, dua perantara utama dari kesepakatan Juli, berusaha keras untuk menyelamatkan kesepakatan agar Rusia tidak mundur.
Baca Juga: Rusia Kirim 1.000 Tentara ke Kherson saat Pertempuran Tengah Memanas
Meskipun demikian, Reuters menyebut buntut mundurnya Rusia ini menyebabkan tidak ada kapal yang bergerak pada hari Minggu melalui koridor maritim kemanusiaan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan Black Sea Grain Initiative.
Tetapi PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah setuju dengan Ukraina dan Turki mengenai rencana pergerakan sebanyak 16 kapal pada hari Senin yakni sebanyak 12 keluar dan 4 masuk.
PBB mengatakan telah memberi tahu tentang rencana tersebut kepada para pejabat Rusia di Pusat Koordinasi Gabungan, yang mencakup pejabat PBB, Turki, dan Ukraina yang juga memantau kesepakatan Black Sea Grain Initiative.
Lalu PBB bersama akan melakukan pemeriksaan terhadap 40 kapal keluar pada hari Senin.
PBB mencatat bahwa semua peserta kesepakatan akan berkoordinasi dengan militer masing-masing negara serta otoritas terkait lainnya untuk memastikan perjalanan yang aman dari kapal komersial di bawah kesepakatan Black Sea Grain Initiative.