kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketegangan di Laut China Selatan, Taiwan: Risiko konflik tidak disengaja meningkat


Kamis, 27 Agustus 2020 / 16:36 WIB
Ketegangan di Laut China Selatan, Taiwan: Risiko konflik tidak disengaja meningkat
ILUSTRASI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi Komando Angkatan Darat ke-6, menjelang Tahun Baru Imlek, di Taoyuan, Taiwan, 25 Januari 2019.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, risiko konflik yang tidak disengaja meningkat karena ketegangan di Laut China Selatan dan sekitar Taiwan. Karena itu, komunikasi harus dijaga untuk mengurangi risiko salah perhitungan.

Taiwan, yang diklaim oleh Beijing sebagai wilayah "suci" China, telah mengeluhkan aktivitas militer China di dekat pulau itu. Taipe menyebut kegiatan itu dalam upaya untuk memaksa Taiwan menerima kedaulatan China.

Amerika Serikat (AS) dan China juga telah melakukan latihan militer di dekat Taiwan dan di Laut China Selatan yang disengketakan.

Baca Juga: Beri pesan ke AS, China luncurkan rudal pembunuh kapal induk ke Laut China Selatan

"Risiko konflik membutuhkan pengelolaan yang cermat oleh semua pihak terkait. Kami berharap dan berharap, Beijing akan terus menahan diri sesuai dengan kewajiban mereka sebagai kekuatan regional utama," kata Tsai dalam forum yang diselenggarakan oleh Institut Kebijakan Strategis Australia, Kamis (27/8), seperti dikutip Reuters.

Hubungan antara China dan AS secara luas terlihat berada pada titik terburuk dalam beberapa dekade terakhir, dengan berbagai ketidakpercayaan yang semakin dalam dan gesekan.

Mulai pandemi virus corona baru, tuduhan AS atas praktik perdagangan yang tidak adil, hingga perselisihan atas Hong Kong, Laut China Selatan, dan Taiwan.

Baca Juga: AS kirim pesawat pengintai, China: Setop provokasi telanjang!

Tsai menyatakan, komunitas internasional telah mengikuti dengan cermat situasi di Hong Kong serta militerisasi China di Laut China Selatan.

Taiwan memperkuat kemampuan pertahanan

Akibatnya sekarang, ada pengawasan yang lebih ketat atas situasi di Selat Taiwan. "Masih ada kekhawatiran yang signifikan atas potensi kecelakaan, mengingat peningkatan aktivitas militer di wilayah tersebut," ujarnya. 

"Oleh karena itu, kami percaya akan penting bagi semua pihak untuk menjaga jalur terbuka dan komunikasi untuk mencegah salah tafsir atau kesalahan perhitungan," imbuh dia.

Tsai menyebutkan, Taiwan perlu memperkuat kemampuan pertahanannya, yang telah dia jadikan prioritas.

Baca Juga: Taiwan ultimatum Taobao milik Alibaba: Daftar ulang atau hengkang!

"Kami melakukan ini karena kami tahu bahwa dalam konteks situasi kami saat ini, kekuatan dapat dikaitkan dengan pencegahan. Ini juga mengurangi risiko petualangan militer," katanya.

Tsai menegaskan kembali komitmennya pada perdamaian dan keinginan untuk menjalin komunikasi. "Kami terbuka untuk diskusi dengan China, selama mereka berkontribusi pada hubungan yang menguntungkan," ujar dia.

Tetapi, Tsai menegaskan, Beijing harus menerima bahwa sebagai negara demokrasi. Sebab, hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depannya.

Baca Juga: China agendakan latihan militer terpadu di sekitar wilayah Taiwan

China telah menolak untuk berbicara dengan Tsai. Beijing percaya, Tsai adalah separatis yang bertekad mendeklarasikan Republik Taiwan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×