Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China pada hari Senin menuduh Amerika Serikat menyalahgunakan tarif dagang dan memperingatkan negara-negara lain agar tidak membuat kesepakatan ekonomi yang merugikan China. Peringatan ini menambah ketegangan dalam perang dagang yang terus memanas antara dua ekonomi terbesar dunia.
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa mereka akan menentang keras jika ada pihak yang bersepakat dengan AS dengan mengorbankan kepentingan China, dan akan mengambil langkah balasan yang tegas dan setara.
Laporan Bloomberg dan Tanggapan Beijing
Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap laporan Bloomberg yang menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump sedang bersiap menekan negara-negara lain agar mengurangi hubungan dagang mereka dengan China jika ingin mendapatkan pengecualian tarif dari AS—bahkan disebutkan kemungkinan sanksi moneter.
Trump sebelumnya menunda penerapan tarif untuk banyak negara kecuali China, dan telah menaikkan tarif pada impor China hingga 145%, yang dibalas China dengan tarif 125% pada produk AS.
Baca Juga: Hadapi Tarif Trump, Negara Asia Kompak Borong Minyak dan Gas Amerika Serikat (AS)
Respons Global dan Sikap Negara Lain
Kementerian Perdagangan China mengkritik AS karena menerapkan tarif berdasarkan dalih kesetaraan, namun pada saat yang sama memaksa negara lain untuk bernegosiasi ulang dengan pendekatan timbal balik. Beijing juga menyatakan kesiapan untuk memperkuat kerja sama internasional.
“Faktanya, tidak ada negara yang ingin memilih pihak,” ujar Bo Zhengyuan, konsultan di Plenum. Ia menambahkan bahwa negara-negara Asia Tenggara yang sangat tergantung pada investasi dan teknologi dari China kemungkinan besar tidak akan menuruti permintaan AS.
Aksi Balasan di Panggung Internasional
Sebagai bagian dari strateginya, China berencana mengadakan pertemuan informal Dewan Keamanan PBB minggu ini untuk menuduh AS melakukan aksi pem-bully-an global lewat senjata tarif, yang menurut China mengancam upaya perdamaian dan pembangunan global.
Di sisi lain, Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, mengungkapkan bahwa hampir 50 negara telah menghubungi AS untuk membahas tarif tambahan. Jepang bahkan mempertimbangkan untuk menambah impor kedelai dan beras dari AS, sementara Indonesia berencana mengalihkan sebagian impor dari negara lain ke AS.
Dampak Ekonomi dan Ketegangan Teknologi
Ketegangan ini telah mengguncang pasar finansial, dengan kekhawatiran bahwa perang tarif bisa memicu resesi global. Saham China pada hari Senin sedikit naik, meskipun investor tetap berhati-hati.
Baca Juga: Surplus Dagang RI Terancam Rontok Gara-Gara Trump
AS juga berusaha menghambat kemajuan teknologi China, khususnya dalam produksi chip AI dan semikonduktor, dengan alasan keamanan nasional. Nvidia bahkan harus mencatat kerugian hingga US$5,5 miliar akibat pembatasan ekspor chip ke China.
ASEAN di Tengah Konflik
Presiden China Xi Jinping minggu lalu mengunjungi tiga negara Asia Tenggara, menyerukan agar mitra dagangnya menolak kebijakan sepihak. Dalam artikelnya di media Vietnam, Xi menyebut bahwa "tidak ada pemenang dalam perang dagang".
Data terbaru menunjukkan bahwa ASEAN kini menjadi mitra dagang terbesar China, dengan nilai perdagangan mencapai US$234 miliar pada kuartal pertama 2025. Sebaliknya, nilai perdagangan ASEAN-AS mencapai US$476,8 miliar pada 2024, menjadikan AS mitra terbesar keempat ASEAN.