Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perdagangan antara China dan negara-negara Timur Tengah diperkirakan akan meningkat di masa pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan lembaga think tank, Asia House, nilai perdagangan China dan negara Timur Tengah akan tumbuh tahun ini dari dari US$ 225 miliar pada 2023.
Lalu akan meningkat lagi hingga mencapai sekitar US$ 325 miliar pada 2027.
Sementara itu, perdagangan antara negara Timur Tengah dan negara-negara ekonomi berkembang di Asia dapat mencapai $682 miliar pada tahun 2030 jika tingkat pertumbuhan saat ini terus berlanjut.
Adapun perdagangan antara Teluk dan AS, Inggris, dan Eropa mencapai lebih dari US$ 250 miliar pada tahun 2023. Capaian tersebut masih tumbuh tapi laju lambat dibanding pertumbuhan perdagangan China dan negara Teluk.
Kepala Eksekutif Asia House, Michael Lawrence, mengatakan hasil riset tersebut menunjukkan bahwa perdagangan saat ini perubahan besar dalam lanskap global.
Baca Juga: China Mencatatkan Pangsa Pasar Kendaraan Listrik (EV) Global Sebesar 76%
“Aliansi baru ini , diplomatik, ekonomi, dan komersial, sedang ditempa saat ekonomi Barat menjadi semakin proteksionis.” kata dia dilansir Bloomberg, Jumat (6/12).
Negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah membangun hubungan yang lebih erat dengan China dan negara Asia lain yang ekonominya berkembang pesat.
Lawrence bilang, mereka ingin menarik lebih banyak investasi asing dan meningkatkan perdagangan dengan pembeli terbesar ekspor minyak mereka.
Kedua negara Timur tengah itu telah diundang untuk bergabung dengan kelompok kekuatan pasar berkembang BRICS, yang meliputi Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, sebagai bagian dari rencana untuk memperkuat aliansi yang disebut sebagai negara-negara selatan global.
Baca Juga: Menantang OpenAI, Elon Musk Sukses Menghimpun Dana Segar Rp 95 Triliun
Namun, menurut riset tersebut, pertumbuhan perdagangan China dengan Negara Teluk mungkin akan ditantang oleh kebijakan Trump. Hal Ini bisa membatasi pertumbuhannya.