Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Sejumlah negara Asia tengah berupaya meningkatkan pembelian minyak dan gas dari Amerika Serikat (AS) dalam rangka menyeimbangkan surplus perdagangan mereka dengan Washington.
Langkah ini diambil guna meredakan tekanan tarif dari Presiden AS Donald Trump, yang meluncurkan kebijakan bea masuk impor secara luas.
Baca Juga: Negosiasi Tarif AS Melalui Impor LPG dan Minyak, Indonesia Perlu Waspadai Ini
Sebagai kawasan dengan surplus perdagangan besar terhadap AS sekaligus importir energi utama, negara-negara Asia kini menjajaki berbagai inisiatif untuk menambah volume impor energi dari Negeri Paman Sam.
Berikut ini rencana negara-negara Asia terkait peningkatan impor minyak dan gas dari Amerika Serikat:
Indonesia
Menteri BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan, Indonesia akan mengusulkan peningkatan impor minyak mentah dan gas petroleum cair (LPG) dari Amerika Serikat senilai sekitar US$ 10 miliar sebagai bagian dari negosiasi tarif.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merekomendasikan penambahan kuota impor LPG dari AS serta lebih banyak pembelian minyak mentah AS untuk mencapai target tersebut.
Baca Juga: Nego Tarif Trump, Bahlil Sebut Impor LPG dari AS akan Dinaikkan Jadi 80%, Minyak 40%
Pakistan
Pakistan tengah mempertimbangkan impor minyak mentah dari AS untuk pertama kalinya guna menekan defisit neraca dagang yang menyebabkan kenaikan tarif dari Washington.
Seorang eksekutif kilang mengatakan kepada Reuters bahwa Pakistan berencana membeli minyak AS senilai sekitar US$ 1 miliar, sebanding dengan nilai impor minyak dan produk olahan saat ini.
India
India sedang mengkaji penghapusan bea masuk atas LNG dari AS untuk meningkatkan pembelian dan mengurangi surplus dagangnya terhadap AS—isu yang kerap menjadi sorotan Presiden Trump.
Selain LNG, pemerintah juga mempertimbangkan menghapus bea masuk untuk etana dan LPG asal AS.
Perusahaan importir LNG terbesar India, GAIL India Ltd, juga telah membuka tender untuk membeli saham hingga 26% di proyek LNG AS disertai kontrak pasokan gas selama 15 tahun.
Baca Juga: Soal Impor Minyak dan LPG dari AS, Ini Kata Pertamina
Thailand
Thailand mengumumkan rencana untuk mengimpor lebih banyak LNG dan etana asal AS dalam lima tahun ke depan.
Di luar rencana awal impor 1 juta ton LNG per tahun senilai US$ 500 juta mulai 2026, Thailand kini juga menjajaki kontrak baru untuk lebih dari 1 juta ton LNG dari AS selama lima tahun.
Thailand juga berencana mengimpor 400.000 ton etana asal AS senilai US$ 100 juta dalam empat tahun mendatang.
Baca Juga: Pesawat Boeing yang Dikirim untuk China Kembali ke AS, Jadi Korban Perang Tarif Trump
Proyek Alaskan LNG
Presiden Trump mendorong Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan untuk ikut serta dalam proyek ekspor gas alam cair (LNG) senilai US$ 44 miliar di Alaska, sebagai bagian dari strategi perdagangan AS.
Proyek ini akan mengangkut gas dari utara Alaska melalui pipa sepanjang 1.300 km, untuk kemudian diekspor sebagai LNG ke Asia Timur tanpa melewati Terusan Panama.
Delegasi Alaska telah berkunjung ke Jepang pada Maret lalu untuk menjajaki minat investasi. Mitsubishi Corp menyatakan tertarik namun masih perlu kajian lebih lanjut.
Pejabat industri Korea Selatan juga berencana melakukan kunjungan ke Alaska untuk pembahasan teknis.
Sementara itu, CPC Corp Taiwan telah lebih dahulu menandatangani kesepakatan untuk membeli LNG dan berinvestasi dalam proyek tersebut.