Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa pihaknya menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat Kementerian Dalam Negeri dan satu unit militer Kuba atas tindakan keras pemerintah terhadap pengunjuk rasa bulan lalu.
Departemen tersebut mengatakan pihaknya memberikan sanksi kepada Romarico Vidal Sotomayor Garcia dan Pedro Orlando Martinez Fernandez dan Tropas de Prevencion (TDP) dari Kementerian Angkatan Bersenjata Revolusioner Kuba.
"Tindakan hari ini menyoroti pelaku tambahan yang bertanggung jawab untuk menekan seruan rakyat Kuba untuk kebebasan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia," kata Andrea Gacki, Direktur Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan AS.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan tentara TDP telah dikerahkan dan dilaporkan menyerang dan memukuli pengunjuk rasa, sambil melakukan penangkapan dengan kekerasan.
Baca Juga: China kembali tolak permintaan WHO untuk teliti lagi asal-usul Covid-19
"Amerika Serikat mendukung rakyat Kuba dalam seruan berani mereka untuk kebebasan saat kami mengidentifikasi mereka yang menindas rakyat dan berusaha mempertahankan sistem represif," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kami akan terus mengambil tindakan untuk mempromosikan pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Kuba," lanjutnya.
Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez di Twitter menolak sanksi tersebut, dengan menyebutnya sebagai tindakan oportunistik AS terhadap pejabat Kementerian Dalam Negeri Kuba dan Pasukan Pencegahan Angkatan Bersenjata.
"Tindakan tersebut mencerminkan standar ganda pemerintah yang digunakan untuk manipulasi dan kebohongan untuk mempertahankan blokade terhadap Kuba," katanya.
Sebelumnya pada bulan Juli, Amerika Serikat juga menjatuhkan sanksi pada kepolisian Kuba dan dua pemimpinnya.
Baca Juga: Philip Morris dapat dukungan dana untuk mengakuisisi perusahaan obat asma
Protes meletus di tengah krisis ekonomi terburuk Kuba yang diperintah Komunis sejak jatuhnya sekutu lamanya, Uni Soviet, dan rekor lonjakan infeksi virus corona. Ribuan orang turun ke jalan, marah karena kekurangan bahan pokok, pembatasan kebebasan sipil, dan penanganan pandemi oleh pihak berwenang.
Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel menyalahkan kerusuhan di Amerika Serikat, yang dalam beberapa tahun terakhir telah memperketat embargo perdagangannya yang telah berlangsung puluhan tahun di pulau itu. Dia mengatakan banyak pengunjuk rasa tulus tetapi dimanipulasi oleh kampanye media sosial yang diatur AS.