Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Tentara Kamboja Kun Yong mengatakan, ia terpaksa menarik diri dari pos depan baru-baru ini setelah mengalami kesulitan bernapas usai serangan udara dari pesawat Thailand.
"Rasanya seperti saya tersedak," kata Kun Yong kepada Reuters dari tempat tidur rumah sakit di Provinsi Banteay Meanchey, dengan istrinya di sisi tempat tidur.
Sejak awal Desember, Thailand dan Kamboja terlibat konflik perbatasan yang telah menewaskan lebih dari 40 orang dan menggusur lebih dari setengah juta warga, menandai pertempuran terberat antara kedua negara dalam beberapa dekade terakhir.
Baca Juga: Trump Tambah 5 Negara ke Daftar Larangan Masuk AS, Termasuk Palestina dan Suriah
Beberapa tentara dan polisi Kamboja mengaku mengalami masalah pernapasan akibat apa yang mereka sebut sebagai "air beracun" yang dijatuhkan dari pesawat Thailand.
Kementerian Pertahanan Kamboja telah menuduh militer Thailand menggunakan "gas beracun," termasuk di desa tempat Kun Yong bertugas.
Kementerian menyebut penggunaan gas ini, jika benar, sebagai pelanggaran hukum internasional.
Namun, kementerian tidak menyebut jenis gas yang dimaksud, tidak memberikan bukti, dan belum menginformasikan apakah telah mengajukan protes resmi ke otoritas internasional. Reuters tidak dapat memverifikasi klaim ini secara independen.
Juru bicara Angkatan Udara Thailand Marsekal Udara Jackkrit Thammavichai membantah tuduhan tersebut, menyebut laporan itu sebagai “berita palsu” untuk merusak operasi Thailand.
Baca Juga: Amazon Dikabarkan Bakal Investasi US$10 Miliar ke OpenAI
“Jika itu senjata kimia, mereka bukan hanya kesulitan bernapas mereka akan meninggal,” ujarnya dilansir dari Reuters, Rabu (17/12/2025).
Selama pertempuran pada Juli lalu, Kamboja menuduh Thailand menggunakan amunisi fosfor putih, yang menghasilkan api terang dan asap tebal, dan menyebutnya sebagai peperangan kimia.
Thailand menegaskan amunisi itu digunakan untuk penerangan dan layar asap, bukan sebagai senjata kimia, dan tidak termasuk senjata kimia menurut konvensi internasional.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan asap fosfor putih dapat membahayakan mata dan saluran pernapasan. Kamboja belum memastikan apakah fosfor putih terkait dengan cedera terbaru.
Dokter di rumah sakit di Provinsi Banteay Meanchey melaporkan merawat beberapa tentara dengan gejala pusing, muntah, dan kesulitan bernapas.
Baca Juga: China Tuduh Filipina Memutarbalikkan Fakta Insiden di Laut China Selatan
Dr. Bong Bunnarith mengatakan sekitar 20 tentara dirawat minggu lalu, tetapi penyebab pasti belum dapat ditentukan tanpa pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami memberikan perawatan yang tersedia sebelum merujuk mereka ke rumah sakit lain," ujarnya.
Di rumah sakit lain di distrik Sisophon, Dr. Nak Vanny merawat 20 tentara pada Sabtu dengan gejala serupa.
Saat kunjungan Reuters pada Minggu, beberapa tentara masih terbaring di tempat tidur, beberapa menggunakan masker oksigen.
"Mereka menembakkan asap beracun ke markas kami dari udara untuk meracuni kami," kata tentara Khat Phally, 66 tahun. Polisi Khieu Sophan, 55 tahun, menceritakan bahwa “sesaat setelah tembakan, saya merasa seperti tersedak dan tubuh saya tiba-tiba melemah.”













