Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Tantangan demografi yang dihadapi Korea Selatan terus berlanjut. Berdasarkan laporan BBC, negara ini terus bergulat dengan penurunan angka pernikahan dan kelahiran.
Meskipun layanan perjodohan swasta telah meningkat, angka pernikahan berada pada rekor terendah di Korea Selatan, yang memaksa pemerintah untuk mengambil tindakan.
Data NDTV menunjukkan, pada tahun 2023, ada 40% lebih sedikit pernikahan di Korea Selatan dibandingkan dengan satu dekade lalu. Tren di sini adalah menunda atau menghindari pernikahan.
Pada saat yang sama, angka kelahiran total Korea Selatan, yang menunjukkan jumlah rata-rata anak yang diharapkan dimiliki seorang wanita sepanjang hidupnya, mencapai titik terendah sepanjang masa yaitu hanya 0,72. Angka ini juga merupakan angka terendah di dunia.
Melansir NDTV, para ahli menyebutkan beberapa penyebab statistik tersebut, seperti jam kerja yang panjang yang dikaitkan dengan budaya Korea Selatan.
Pekerja rata-rata di Korea Selatan mencatat jam kerja terpanjang di dunia setelah Meksiko pada tahun 2017. Keseimbangan kehidupan kerja buruk, dan ada perumahan yang sangat mahal bersama dengan pengasuhan anak yang sangat mahal yang membuat banyak orang enggan untuk memulai keluarga atau kembali bekerja setelah melahirkan.
Baca Juga: Partai Oposisi Ajukan Mosi Pemaksulan Presiden Korea Selatan Han Duck-soo
Menanggapi tren demografi negatif ini, pemerintah Korea Selatan telah memulai serangkaian acara kencan kilat, dengan harapan dapat mendorong pernikahan dan mengatasi rendahnya angka kelahiran di negara tersebut.
Acara perjodohan yang disponsori pemerintah merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengatasi populasi negara yang menurun dan tantangan sosial yang menyertainya.
Menurut laporan Bloomberg tahun 2023, kota Seongnam telah mengambil peran sebagai pencari jodoh dalam menanggapi krisis kelahiran di Korea Selatan.
Dipimpin oleh Wali Kota Shin Sang-jin, acara kencan yang dikelola pemerintah kota tersebut merupakan bagian penting dari inisiatif yang lebih besar yang bertujuan untuk memerangi penurunan angka kelahiran di negara tersebut.
Baca Juga: Presiden Yoon Abaikan Panggilan Kedua dari Jaksa Terkait Darurat Militer di Korsel