Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pyongyang mengatakan satelit tersebut dirancang untuk memantau pergerakan militer AS dan Korea Selatan, dan telah memotret pangkalan militer AS di seluruh dunia, termasuk di Guam dan Italia, serta lokasi seperti Gedung Putih dan Pentagon.
Namun media pemerintah belum merilis gambar apa pun, sehingga memicu perdebatan di antara para pejabat dan analis di Seoul dan Washington mengenai seberapa mampu satelit tersebut untuk melakukan tugasnya sebagai mata-mata.
Dalam pernyataam terpisah, KCNA mengecam Korea Selatan karena mengintensifkan apa yang disebutnya gerakan provokatif perang melalui latihan militer gabungan dengan pasukan AS, yang melibatkan kapal induk USS Carl Vinson.
Mereka menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memainkan peran kunci dalam meresmikan rencana provokasi perang nuklir yang konkrit dengan membawa aset-aset strategis nuklir AS dan meningkatkan latihan gabungan yang juga melibatkan Jepang.
Baca Juga: Satelit Mata-Mata Korea Utara Mulai Memantau Gedung Putih dan Pentagon
Kementerian Unifikasi Seoul, yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea, mengeluarkan pernyataan yang mendesak Pyongyang untuk menjauhkan diri dari jalur provokasi dan ancaman yang salah dan mengambil jalur dialog dan kerja sama.
Korea Selatan awalnya berencana meluncurkan satelit mata-mata pertamanya dengan roket Falcon 9 AS pada hari Kamis, namun rencana tersebut ditunda karena cuaca.